Waspada Penyebab Usus Buntu Pada Anak

Radang usus buntu atau apendisitis adalah gejala peradangan pada usus buntu yang membuat penderitanya merasa nyeri pada bagian kanan bawah perut. Penyakit ini tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak berusia 6-11 tahun.

Maka dari itu, orang tua perlu cermat mengamati keluhan yang disampaikan anak. Selain itu, bekali juga diri dengan informasi seputar faktor risiko dan penyebab usus buntu pada anak.

Faktor risiko gangguan usus buntu pada anak bisa beragam, tetapi sebagai orang tua, Sahabat MIKA tidak perlu khawatir. Pasalnya, selama mengenali gejalanya dan segera memeriksakannya ke dokter, si Kecil bisa mendapat penanganan yang tepat dan cepat.

Penyebab Radang Usus Buntu

Usus buntu adalah organ yang terdapat di pencernaan kita. Bentuknya seperti cacing dan sebenarnya peranannya pun tidak terlalu signifikan untuk tubuh kita.

Menurut ahli, peranan usus buntu hanya 2% untuk imun tubuh. Dengan begitu, walau usus buntu diambil, Sahabat MIKA masih dapat hidup dengan normal.

Lalu, apa saja yang dapat menjadi penyebab usus buntu pada anak? Berikut adalah penjelasan lengkapnya.

1. Ada Kotoran yang Terjebak

Secara umum, penyebab usus buntu pada anak dan dewasa sama saja. Namun, usus buntu pada anak biasanya disebabkan fekalit.

Fekalit adalah feses atau kotoran yang menggumpal dan mengeras. Seharusnya, fekalit dibuang, tetapi pada kasus pasien usus buntu, fekalit terjebak di usus buntu. Akibatnya usus buntu mengalami infeksi.

Selain itu, fekalit yang masuk ke usus buntu dan tidak bisa keluar, bisa membuat anak merasa sakit pada perutnya.

2. Ukuran Usus Buntu

Ukuran usus buntu yang lebih panjang daripada normal bisa menjadi salah satu faktor risiko penyebab usus buntu.

Misalnya, ukuran usus pada bayi, normalnya memiliki panjang sekira 3-4 cm. Apabila ukuran usus lebih panjang dari 4 cm, akan meningkatkan kemungkinan fekalit terjebak di usus buntu.

3. Kurang minum

Penyebab usus buntu pada anak lainnya adalah kebiasaan malas minum. Ternyata, ini bisa memicu terjebaknya fekalit di usus buntu, lo!

Kurang minum bisa menyebabkan beberapa masalah. Di antaranya, feses menjadi keras, buang air besar pun jadi sulit. Lalu, jika menjadi fekalit yang keras seperti batu, bisa masuk ke lubang usus buntu.

Maka dari itu, pastikan si Kecil rajin minum, ya! Anak usia 6-11 tahun harus minum setidaknya 1.000 cc-1.500 cc atau antara 4-6 gelas per hari.

Cara Mengobati Usus Buntu

Saat si Kecil mengeluhkan gejala yang bisa mengarah ke usus buntu, Anda harus segera membawanya ke dokter. Jika setelah pemeriksaan muncul dugaan radang usus buntu, dokter dapat mengambil beberapa langkah berikut.

1. Pemeriksaan USG Abdomen

Ini adalah pemeriksaan pertama untuk melihat kondisi usus buntu anak. Hasil USG abdomen akan memperlihatkan seberapa parah pembengkakan usus buntu si Kecil.

Dalam prosedur ini, dokter akan mencari usus buntunya. Apabila ada pembengkakan tetapi ukurannya kurang dari 0,6 cm, artinya usus buntu normal.

Untuk pembengkakan dengan ukuran di bawah 0,6 cm, terdapat dua opsi pengobatan, yaitu operasi atau mengonsumsi obat.

Namun, jika pembengkakannya lebih dari 0,6 cm, dokter akan menyarankan operasi untuk mencegah risiko usus buntu pecah.

2. Apendikogram

Terkadang pemeriksaan USG tidak selalu bisa menemukan usus buntu, karena posisinya bisa tersembunyi di bawah kolon atau usus besar.

Untuk itu, dokter dapat menyarankan pemeriksaan apendikogram. Pemeriksaan ini menggunakan cairan barium sulfat yang dimasukkan secara oral atau melalui anus.

Setelahnya, akan dilihat apakah cairan tersebut masuk ke usus buntu. Bila masuk, berarti usus tidak tersumbat. Namun bila tidak, bisa jadi usus buntu mengalami pembengkakan.

3. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat protein C-reaktif (CRP) di dalam darah dan leukosit anak. Bila si Kecil tidak mengalami penyakit lain tetapi leukositnya naik dan merasakan sakit perut, berarti dia mengalami peradangan usus buntu.

4. Pemberian Obat

Untuk kasus usus buntu yang masih ringan, masih dapat diobati dengan obat. Fungsi obat adalah untuk meredakan bengkak sehingga anak tidak akan merasakan sakit lagi.

Meski begitu, obat tidak dapat menghilangkan fekalit yang terjebak di usus buntu. Dengan begitu, rasa sakit bisa dirasakan lagi dalam beberapa bulan atau setahun mendatang.

Karena rasa sakitnya bisa hilang untuk sementara, orang tua punya waktu untuk merencanakan pengobatan ke depannya.

5. Operasi

Bila gejala yang dialami anak sudah parah, dokter akan menganjurkan tindakan secepat mungkin untuk mengatasinya. Umumnya, ada dua jenis tindakan yang dilakukan dokter, yaitu laparoskopi dan laparotomi.

  • Laparoskopi
    Laparoskopi adalah tindakan operasi tanpa melakukan pembedahan perut dengan sayatan besar.

    Ini bisa dilakukan jika radang usus buntu pada tingkat ringan hingga sedang. Tindakan ini lebih nyaman bagi anak dan tidak menghasilkan sayatan besar sehingga secara estetika hasilnya terlihat lebih baik.

  • Laparatomi 
    Laparotomi adalah tindakan operasi yang membuka dinding perut, sehingga dokter dapat melakukan tindakan, dalam hal ini mengangkat usus buntu yang bermasalah.

    Tindakan ini dilakukan jika infeksi sudah menyebar. Pasalnya, ketika infeksi menimbulkan nanah menyebar ke seluruh tubuh, dokter perlu membersihkan semua usus dalam perut.  terlalu berisiko jika menggunakan metode laparoskopi.

6. Perawatan Pascaoperasi

Setelah melakukan tindakan laparaskopi, anak sudah boleh pulang dalam waktu 24 jam. Sementara, bila menjalani laparatomi, si Kecil perlu dirawat lebih lama di rumah sakit.

Penting bagi para orang tua untuk menjaga asupan makanan si Kecil setelah menjalani operasi. Mengingat radang usus buntu adalah gangguan pada sistem pencernaan, dalam masa pemulihan pun sebaiknya tidak diberi beban berat.

Berikut ini adalah tips seputar pemberian makan dan aktivitas anak setelah operasi usus buntu:

  • Hindari makanan yang terlalu pedas, asam, makanan siap saji, dan jajanan tidak sehat lainnya setidaknya dalam satu minggu setelah tindakan
  • Hindari juga makanan yang bisa memicu si Kecil batuk-batuk, semisal keripik, es krim, dan lain-lain. Ini bisa membuat perutnya terasa sakit.
  • Minta anak untuk tidak beraktivitas berat selama dua minggu, seperti berolahraga, main sepeda, atau lompat-lompat. Ini bisa menyebabkan cedera pada perut dan menimbulkan trauma pada luka operasi.

Konsultasi dengan Dokter Spesialis Bedah Anak

Radang usus buntu kerap terjadi karena anak menjalani gaya hidup yang tidak sehat. Misalnya, menahan buang air besar, tidak minum dalam jangka waktu lama, jajan sembarangan, dan lain-lain.