Penyebab dan Cara Mengobatinya Menyakiti Diri

Belakangan ini, banyak remaja melakukan self harm yang kemudian dipamerkan ke media sosial. Mereka terjebak oleh rasa frustasi, dan rasa ingin menyerah untuk hidup. Mereka menyakiti diri sendiri dengan cara menyayat tangan dengan silet.

Apabila kebiasaan ini diteruskan, tentu sangat berbahaya bagi kesehatan fisik dan jiwa.

Simak artikel berikut ini untuk ketahui lebih dalam mengenai self harm. 

Apa itu self harm

Self harm adalah sebuah tindakan menyakiti diri sendiri untuk menghilangkan rasa frustasi, stres, dan berbagai macam emosi. Setiap orang memiliki cara self harm yang berbeda-beda, seperti menarik rambut, mencubit, menggigit, menggaruk, memukul, menelan zat berbahaya, dan menyayat anggota tubuh (cutting). Tujuan awalnya bukan untuk bunuh diri, akan tetapi akan menimbulkan luka yang parah jika diteruskan.

Menurut Healthline, 80% orang melakukan cutting sebagai tindakan self harm. Berdasarkan studi di tahun 2021, self harm paling banyak dilakukan oleh para remaja hingga dewasa muda di Indonesia yang berusia 12-19 tahun.

 

 

Mengapa para remaja dan dewasa muda melakukan self harm?

Pelaku self harm paling sering adalah remaja dan dewasa muda, dengan faktor seperti berikut:

  • Sulit mengekspresikan emosi dan perasaan.
  • Tidak tahu ingin meluapkan rasa trauma, sakit, dan tekanan secara psikologis.
  • Tidak memiliki solusi terhadap rasa kesepian, diabaikan, dan kebingungan yang mereka miliki.

Sekali melakukan self harm, akan membuat para pelakunya kecanduan. Mereka beranggapan jika tindakan menyakiti diri sendiri sebagai cara untuk meredakan perasaan negatif, serta menikmati rasa sakit seperti yang sedang mereka alami.

Self harm juga menjadi perilaku yang sering dilakukan oleh orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) seperti bipolar disorder, depresi, obsessive-compulsive disorder. 

Apa saja tanda-tanda seseorang melakukan self harm?

 

Menurut WHO, seseorang yang sering menyakiti diri sendiri memiliki tanda-tanda yang bisa dilihat, baik dari fisik maupun psikologis seperti berikut:

  • Terdapat luka sayatan di anggota tubuh tertentu, biasanya pada lengan.
  • Bersikap menutup diri di sekitar lingkungan sosial.
  • Kehilangan motivasi dan percaya diri, menjadi pertanda bahwa orang tersebut sedang tidak baik-baik saja.

 

Bagaimana cara mengobati self harm?

 

1. Konsultasi

Menurut dr. Surjo Dharmono T, Sp.KJ (K) sebagai dokter spesialis jiwa Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, pengobatan awal agar Anda pulih dari perilaku self harm adalah dengan konsultasi ke psikolog atau psikiater untuk dibantu dalam mengelola emosi.

Selain itu, pelaku self harm juga bisa meminta bantuan keluarga dan teman yang terpercaya jika sekiranya sulit menemukan bantuan profesional.

2. Obat

Dalam sesi konsultasi yang dibantu psikiater, pasien mungkin akan mendapat resep obat-obatan seperti antidepresan untuk membantu mengelola emosi.

Dosis obat setiap pasien pasti berbeda-beda tergantung pada kondisi pasien dan penilaian psikiater. Maka dari itu, pasien tidak boleh mengonsumsi obat di luar dosis yang telah diresepkan oleh psikiater.

 

3. Olahraga dan Terapi

Nah, bukan hanya terapi obat saja yang bisa dilakukan untuk mengobati self harm. Sebagai perlindungan dari emosi yang tidak stabil, olahraga dan terapi squeeze ball sangat direkomendasikan.

Olahraga seperti push up, sit up, dan boxing bisa mengembalikan energi dan meningkatkan kesenangan dalam hidup. Kemudian, menggenggam es batu atau bola bisa menjadi alternatif agar tidak melukai anggota tubuh atau menyayat lengan.

 

Self harm adalah gejala gangguan jiwa yang dapat disembuhkan 

Self harm merupakan tindakan menyakiti diri sendiri, umumnya menyayat tangan (cutting). Hal ini jika terus dibiarkan menjadi bahaya. Selain menyakiti fisik dan menimbulkan luka, self harm ternyata menjadi salah satu gejala dan pertanda dari sebuah gangguan jiwa untuk mengontrol emosi.

Kondisi ini tentunya dapat disembuhkan dengan cepat, jika pelaku benar-benar rutin konseling dan menata gaya hidup sehat secara fisik dan emosional.