Kenapa Obat Parasetamol Dilarang DIminum Bersamaan dengan Obat TBC

Dalam dunia medis, pengobatan seringkali melibatkan pemberian lebih dari satu obat kepada pasien. Namun, saat menggunakan beberapa jenis obat secara bersamaan, penting untuk memahami dan menyadari bahaya potensial yang dapat timbul akibat interaksi antar obat. Interaksi obat mengacu pada perubahan yang terjadi dalam respons tubuh terhadap suatu obat ketika obat tersebut dikonsumsi bersamaan dengan obat lain, makanan, minuman, atau zat lainnya.

Bahaya interaksi obat dapat berkisar dari efek samping yang ringan hingga masalah kesehatan serius atau bahkan potensi mengancam nyawa. Ketika obat-obatan berinteraksi, mereka dapat mempengaruhi penyerapan, distribusi, metabolisme, atau pengeluaran (eliminasi) obat dari tubuh. Interaksi ini dapat mengubah efektivitas dan keamanan obat, serta mempengaruhi cara kerja tubuh dalam mengolah obat tersebut.

Terdapat berbagai jenis interaksi obat yang perlu diperhatikan, termasuk interaksi antara obat-obatan yang diresepkan oleh dokter, obat-obatan bebas yang dijual bebas di apotek, suplemen herbal, atau bahkan makanan tertentu. Misalnya, obat A dapat meningkatkan atau mengurangi efek obat B yang dikonsumsi bersamaan. Beberapa interaksi obat yang umum meliputi peningkatan risiko efek samping, penurunan efektivitas pengobatan, atau munculnya efek yang tidak diinginkan yang tidak terjadi saat mengonsumsi obat secara individual.

Penting bagi setiap individu terutama bagi pasien dan tenaga medis, untuk memahami potensi bahaya interaksi obat. Pasien juga harus memahami pentingnya memberi tahu tenaga medis tentang semua jenis obat yang sedang digunakan agar dapat memantau dan mengelola risiko interaksi obat dengan tepat.

Pengetahuan tentang potensi bahaya interaksi obat ini dapat membantu pasien, tenaga medis, dan praktisi kesehatan lainnya dalam mengambil tindakan pencegahan yang tepat, melakukan penyesuaian dosis yang diperlukan, atau mencari alternatif pengobatan yang lebih aman.

Penggunaan bersamaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan obat penyakit penyerta, dapat menimbulkan potensi interaksi obat. Tingkat kemaknaan klinis interaksi obat dapat dibagi menjadi tiga, yaitu major  (tinggi), moderate (sedang), dan minor (rendah).

  • Tingkat major memiliki efek interaksi yang sangat signifikan secara klinis, sehingga penanganan yang dapat dilakukan dengan mengindari kombinasi obat karena risiko interaksi melebihi manfaatnya.
  • Tingkat moderate memiliki efek interaksi yang cukup signifikan secara klinis. Penanganan yang dapat dilakukan biasanya dengan menghindari kombinasi dan gunakan obat tersebut hanya dalam keadaan khusus.
  • Tingkat minor memiliki efek interaksi yang minimal signifikan secara klinis. Penanganan yang dapat dilakukan adalah minimalkan resiko yang ditimbukan dengan menilai risiko dan mempertimbangkan obat alternatif, mengambil langkah untuk menghindari risiko interaksi dan/atau membentuk rencana pemantauan.

Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Obat yang umum didapatkan oleh penderita TB yaitu rifampisin, isoniazid, etambutol, pirazinamid, dan streptomisin. Apabila pasien TB disertai dengan suatu penyakit penyerta, maka pasien TB akan mendapatkan terapi obat tambahan untuk mengobati penyakit penyertanya. Penggunaan secara bersamaan OAT dengan obat penyakit penyerta, maka dapat menimbulkan potensi interaksi obat.

Menurut literatur, pengunaan bersamaan obat TBC yaitu isoniazid dengan parasetamol dapat menimbukan interaksi obat. Parasetamol adalah obat yang digunakan untuk meredakan demam dan nyeri ringan hingga sedang. Isoniazid dan parasetamol termasuk interaksi obat tingkat major karena isoniazid akan meningkatkan kadar atau efek asetaminofen dengan mempengaruhi metabolisme enzim hati CYP2E1, sehingga toksisitas parasetamol dapat meningkat dan menyebabkan hepatotoksisitas atau kerusakan pada organ hati.

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan terkait interaksi obat parasetamol dan isoniazid yaitu:

  • Pasien yang mendapatkan pengobatan isoniazid agar diperingatkan untuk tidak menggunakan parasetamol. Jika pemberian bersama kedua obat tidak dapat dihindari, monitor pasien agar efek interaksi obat yang terjadi dapat diminimalisir.
  • Pasien disarankan untuk mengganti parasetamol dengan analgesik lainnya seperti analgesik golongan NSAID seperti ibuprofen, meloksikam, diklofenak, dan lain sebagainya.

 

Referensi:

Sukandar, Elin Yulinah, dkk. (April 2017). Evaluasi Penggunaan Obat Tuberkulosis pada Pasien Rawat Inap di Ruang Perawatan Kelas III di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung. Bandung.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta.

Veryanti, Putu Rika, dkk. (Januari 2019). Potensi Interaksi Obat Anti Tuberkulosis di Instalasi Rawat Inap RSUD X Jakarta Periode 2016. Jakarta.

Medscape, Drug Interaction Cheker (Online). Citing Internet Sources URL https://www.medscape.com/. [diakses pada tanggal 04 Juni 2023 pukul 21.30]