Ini Gejala dan Cara Mendeteksi Sirosis Hati

Gaya hidup masa kini, seperti pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol dapat berkontribusi pada peningkatan risiko sirosis hati. Penyakit sirosis hati adalah perubahan struktur hati yang ditandai dengan pengerasan hati sebagai akibat dari terbentuknya jaringan parut dan nodul-nodul lekterisasi sel hati.

 

Sirosis hati bukanlah kanker hati, namun penderita sirosis hati biasanya lebih berisiko terkena kanker hati bila tidak segera ditangani karena kerusakan hati jangka panjang berpotensi mengakibatkan mutasi dan perubahan DNA yang memicu kanker hati.

 

Sayangnya, gejala sirosis hati sering kali tidak disadari dan biasanya baru ditemukan pada saat deteksi dini. Lantas, bagaimanakah mengenali gejala sirosis hati dan cara untuk mendeteksi dini? Mari simak ulasan singkat berikut ini.

 

Gejala Sirosis Hati yang Perlu Diwaspadai

 

Untuk mengetahui apa saja gejala atau ciri penyakit sirosis hati, mari simak penjelasan dari dr. Probo Wuryantoro, Sp.PD melalui kanal Youtube Siloam Hospitals dalam tayangan video berikut ini.

 

 

Gejala Sirosis Hati Tahap Awal

 

Sirosis hati tahap awal yang terkompensasi merupakan kondisi di mana telah terjadi kerusakan pada sebagian sel hati namun tubuh masih bisa mengompensasi kerusakan tersebut.

 

Karena itu, gejala sirosis hati tahap awal sering kali tidak muncul. Jika pun ada, maka gejalanya biasanya ringan, di mana secara umum gejala yang muncul adalah seperti berikut.

  • Badan lemah.
  • Mudah lelah.
  • Mual.
  • Berat badan menurun.
  • Selera makan berkurang.
  • Nyeri pada perut bagian atas.

 

Gejala Sirosis Hati Tahap Akhir

 

Pada tahap ini, penderita sirosis hati sudah mengalami beberapa komplikasi akibat kerusakan pada organ hati tidak lagi dapat terkompensasi. Di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Mata dan kulit menguning (jaundice).
  • Urine berwarna gelap seperti teh.
  • Penumpukan cairan di perut (ascites).
  • Pembengkakan (edema) pada kaki.
  • Gangguan metabolisme estrogen pada wanita, yang dapat ditandai dengan ketidakmunculan menstruasi yang tidak berkaitan dengan menopause.
  • Hilang gairah seksual, pembesaran payudara, pengecilan testis pada pria.
  • Pengeroposan tulang.
  • Gangguan produksi albumin dan trombosit.
  • Varises kerongkongan, yang dapat mengakibatkan perdarahan seperti muntah darah dan buang air besar warna hitam.
  • Pembesaran limfa.
  • Mudah terkena infeksi.
  • Malnutrisi.
  • Penumpukan cairan otak (ensefalopati uremikum).
  • Risiko menjadi kanker hati.

 

Mendeteksi Sirosis Hati

 

Mendeteksi sirosis hati pada umumnya melibatkan serangkaian tes dan evaluasi yang dilakukan oleh dokter atau tenaga medis. Berikut adalah beberapa metode umum yang digunakan untuk mendeteksi sirosis hati:

 

1. Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik

 

Dokter akan mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan pasien, termasuk faktor risiko yang mungkin terkait dengan sirosis hati. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda yang mungkin mengarah pada kemungkinan diagnosis sirosis hati.

 

2. Tes Laboratorium

 

Beberapa tes darah dapat memberikan petunjuk tentang kondisi dari fungsi hati. Tes ini dapat meliputi pengukuran kadar enzim hati dan kadar protein. Selain itu, pemeriksaan serologi juga perlu dilakukan untuk mendeteksi virus hepatitis B dan C.

 

3. Elastografi Transient (Fibroscan)

 

Ini adalah teknik pemeriksaan non-invasif yang menggunakan gelombang suara untuk mengetahui tingkat keparahan fibrosis hati dan sirosis hati melalui kekakuan hati (liver stiffness).

 

4. Pemeriksaan Pencitraan

 

Pemeriksaan pencitraan seperti ultrasound hati, CT scan, atau resonansi magnetik (MRI) dapat memberikan gambaran visual tentang struktur dan kondisi hati. Ini dapat membantu mengidentifikasi tanda-tanda sirosis hati, yang dapat dievaluasi melalui perubahan ukuran hati, pembesaran limpa, atau perubahan pada tekstur hati.