Cara Atasi Jerawat Saat Hamil

Jerawat atau yang juga dikenal dengan akne vulgaris adalah kondisi peradangan kronis yang berkaitan dengan produksi minyak (sebum) secara berlebihan. Sebum berlebih akan menyumbat pori-pori kulit yang terdiri dari folikel kelenjar minyak dan rambut. Jerawat terjadi ketika folikel rambut atau lokasi tumbuhnya rambut tersumbat oleh minyak dan sel kulit mati. Jerawat ditandai dengan lesi noninflamasi (komedo) dan lesi inflamasi (papula, pustula, dan nodul) yang dapat menyebabkan jaringan parut dan beban psikologis.

Pada wanita yang sedang merencanakan kehamilan atau sedang hamil, munculnya jerawat bisa sangat mengganggu, mengingat perubahan fisiologis serta sifat jerawat yang tidak dapat diprediksi. Jerawat umumnya membaik selama trimester pertama tetapi dapat memburuk selama trimester ketiga sebagai akibat dari peningkatan konsentrasi hormon androgen pada ibu hamil ditambah dengan produksi sebum yang berlebihan. Selain perubahan hormonal, faktor imunologi terkait kehamilan juga dapat berkontribusi pada munculnya jerawat. Lesi inflamasi cenderung lebih umum daripada lesi noninflamasi, seringkali tidak hanya terbatas pada wajah, melainkan meluas hingga ke badan. Pasien dengan riwayat jerawat sebelum kehamilan akan lebih rentan untuk mengalami jerawat selama kehamilan.

Terapi jerawat pada pasien hamil dapat menjadi tantangan karena banyaknya pilihan terapi yang tersedia dan digunakan secara luas dan efektif pada populasi umum, tetapi dikontraindikasikan atau tidak direkomendasikan pada wanita hamil. Hal tersebut dikarenakan beberapa pilihan terapi kemungkinan mengandung bahan kimia tertentu yang seharusnya tidak dikonsumsi saat hamil. Beberapa obat jerawat termasuk dalam golongan obat keras yang memiliki dampak buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, bahkan hingga menyebabkan kecacatan janin. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui dan memahami batasan pengobatan dan klasifikasi obat kehamilan dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat untuk obat jerawat yang umum digunakan.

Obat yang diklasifikasikan “X” oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat mengindikasikan bahwa obat tersebut dikontraindikasikan dalam kehamilan karena memiliki resiko yang sangat tinggi terhadap janin. Untuk obat yang dikategorikan “C” mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan obat tersebut memiliki dampak pada janin namun masih diperlukan lebih banyak penelitian. Obat kategori C masih dapat digunakan jika keuntungannya penggunaan obat tersebut melebihi resiko yang mungkin terjadi. Obat yang dikategorikan sebagai “A” maupun “B” oleh Food and Drug Administration (FDA) masih aman digunakan untuk ibu hamil.

Beberapa pilihan terapi jerawat pada wanita hamil harus dihindari, antara lain seperti obat kontrasepsi oral, tazarotene topikal, isotretinoin dan asam salisilat. Obat kontrasepsi oral, tazarotene, dan isotretinoid memiliki kategori X sehingga tidak boleh digunakan sama sekali pada ibu hamil. Asam salisilat dalam pengobatan jerawatan membantu eksfoliasi atau pengelupasan kulit sehingga mampu mencegah dan mengatasi pori-pori kulit yang tersumbat. Namun, asam salisilat dikategorikan sebagai C karena dapat menyebabkan perdarahan dan komplikasi lainnya pada wanita hamil. Secara umum, pengobatan jerawat pada wanita hamil berbeda berdasarkan kategori keparahan jerawat yang dialami. Untuk jerawat ringan yang ditandai terutama oleh lesi noninflamasi, direkomendasikan beberapa pilihan seperti asam azelaic topikal (oles) atau benzoil peroksida sebagai terapi awal. Untuk jerawat yang ditandai dengan lesi inflamasi, direkomendasikan pilihan terapi yang dimulai dengan kombinasi eritromisin topikal atau klindamisin dengan benzoil peroksida. Jerawat dengan lesi inflamasi sedang hingga parah direkomendasikan dengan pilihan terapi antibiotik seperti eritromisin atau sefaleksin oral. Terapi tersebut aman bila hanya digunakan hanya beberapa minggu. Penggunaan kortikosteroid seperti prednisolon oral dengan lama pemberian tidak lebih dari sebulan dapat berguna untuk mengobati jerawat kista nodular fulminan setelah trimester pertama. Sangat disarankan apabila memiliki jerawat saat kehamilan untuk berobat ke dokter spesialis kulit terdekat dengan menjelaskan kondisi kehamilan untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai.`

 

Daftar Pustaka:

Chien AL, Qi J, Rainer B, Sachs DL, Helfrich YR. Treatment of Acne in pregnancy. J Am Board Fam Med. 2016;29(2):254–62.

Wolff K, Johnson R, Saavedra A, Roh E. Acne Vulgaris (Common Acne) and Cystic Acne. In: Wolff K, Johnson R, Saavedra A, Roh E, editors. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 8th ed. New York: McGraw Hill Education; 2018. p. 2–7.

Zaenglein AL, Thiboutot D. Acne Vulgaris. In: Bolognia JL, Schaffer J V, Cerroni L, editors. Dermatology. 4th ed. Elsevier; 2018. p. 588–601.