Bahaya Obesitas yang wajib diketahui

Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia dengan jumlah kasus kanker di seluruh dunia meningkat pada tahun 2020 menjadi 18,1 juta kasus kanker baru dan sekitar 10 juta kematian akibat kanker. Selain itu, kasus kanker diprediksi akan meningkat menjadi sekitar 28 juta (55%) kasus pada tahun 2040. Berdasarkan data Global Cancer Statistics (GLOBOCAN) di Indonesia terdapat sekitar 396.000 kasus kanker baru dan angka kematian pada tahun 2020 sebanyak 234 ribu. Selain itu, data dari BPJS kesehatan menunjukkan bahwa kanker merupakan penyakit katastropik termahal ketiga yang ditanggung oleh JKN, setelah penyakit jantung dan stroke, serta menjadi beban pembiayaan kesehatan.

Berdasarkan penelitian ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker da hampir setengah dari kasus kanker terkait dengan faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan dicegah seperti merokok, konsumsi alkohol, obesitas, seks tidak aman, gula darah puasa tinggi, polusi, paparan partikel asbes, konsumsi serat rendah, konsumsi susu rendah dan paparan asap rokok. Kejadian kanker terus meningkat seiring dengan meningkatnya faktor risiko, terutama obesitas dan sindrom metabolik, dan frekuensinya meningkat setiap tahun di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, jumlah orang dewasa obesitas di Indonesia meningkat dua kali lipat selama dua dekade terakhir, menurut siaran pers 2021 dari WHO dan UNICEF.

Ada beberapa mekanisme kelebihan berat badan dan obesitas dapat meningkatan risiko terjadinya kanker, yaitu :

  1. Kelebihan jaringan adiposa dalam tubuh menyebabkan pelepasan banyak mediator kimia, enzim dan peningkatan produksi estrogen dari androgen. Kelebihan produksi estrogen oleh jaringan adiposa ini dapat memicu pembelahan dan pertumbuhan sel dan berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara, endometrium, ovarium, dan kanker lainnya.
  2.  Obesitas dapat meningkatkan kadar insulin dalam darah dan memperpanjang durasi kerja insulin-like growth factor-1 (IGF-1) sehingga dapat memicu perkembangan kanker usus besar, ginjal, prostat, dan endometrium.
  3. Terbentuknya lingkungan pro-inflamasi akibat sekresi berlebih adipokin (hormon polipeptida) dalam jaringan adiposa, khususnya sekresi leptin (sebagai agen inflamasi, proliferatif, dan anti-apoptosis). Selain itu, pada orang obesitas memiliki kadar adiponektin (adipokin lain yang bersifat antiproliferatif) yang rendah dibandingkan orang berat badan normal. Kelebihan jaringan adiposa juga menyebabkan hipertrofi adiposit dan kematian sel, yang mengakibatkan inflamasi kronis. Dari studi praklinis menunjukkan inflamasi kronis pada jaringan adiposa dapat memicu perkembangan kanker.
  4. Peningkatan kadar sitokin inflamasi seperti IL-6, TNF dan protein C-reaktif yang dapat menghasilkan stres oksidatif yang merusak DNA dan meningkatkan risiko terjadinya kanker saluran empedu, hati, dan lainnya.
  5. Obesitas dapat menurunkan kekebalan terhadap tumor dan mengubah karakteristik mekanik jaringan disekitar tumor sehingga rentan berkembang menjadi kanker.

 

Oleh karena itu, salah satu cara untuk menurunkan risiko kanker adalah dengan mendorong kebiasaan makan yang sehat dan perubahan gaya hidup. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi atau membatasi kalori melalui berpuasa. Banyak penelitian yang membahas mengenai puasa dapat mencegah kanker dengan menjaga berat badan tidak berlebih atau obesitas. Dari penelitan menunjukkan dengan pembatasan kalori sebesar 30 dapat  menurunkan risiko terjadinya kanker sebesar 50% pada monyet rhesus (genom hampir identik dengan manusia) dibandingkan dengan makan ad libitum saja. Begitu juga pada manusia menunjukkan puasa dapat menurunkan risiko terjadinya kanker sebesar 29% kematian akibat kanker sebesar 20% yang dipantau selama 20 tahun.

Pembatasan kalori dengan puasa dalam waktu yang lama sekitar 16-48 jam lalu diikuti dengan asupan makan normal, maka dapat merangsang metabolisme dan hormon sehingga berefek dalam menurunkan berat badan dan risiko kanker.

Adapun efek puasa yang terjadi yaitu kadar insulin yang lebih rendah dan peningkatan sensitivitas insulin, kadar testosteron dan estrogen yang lebih rendah, serta proses oksidatif dan inflamasi yang lebih rendah, meningkatkan perbaikan molekuler DNA, autophagy, antioksidan, dan kekebalan antitumor sehingga mengurangi pertumbuhan sel abnormal yang berisiko menjadi kanker.

Berdasarkan penjelasan di atas, kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko kanker yang dapat diubah dan dimodifikasi. Pembatasan kalori melalui puasa bisa menjadi alternatif dalam menurunkan berat badan atau pengaturan berat badan untuk membantu mencegah kanker, apalagi jika dipadukan dengan olahraga dan diet seimbang.

 

 

Referensi :

GBD 2019 Cancer Risk Factors Collaborators. The global burden of cancer attributable to risk factors, 2010-19: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2019. Lancet. 2022 Aug 20;400(10352):563-591. doi: 10.1016/S0140-6736(22)01438-6. PMID: 35988567; PMCID: PMC9395583.