Bagaimana Kebutuhan Gizi pada Pasien ICU

Gizi merupakan salah satu hal yang penting dalam perawatan pasien di intensive care unit (ICU). Pasien-pasien kritis seringkali dikaitkan dengan kondisi stress katabolik, dan menunjukkan respon inflamasi sistemik. Pada pasien-pasien ini sering timbul komplikasi berupa peningkatan infeksi, gagal multi organ, dan dapat memperlama perawatan di rumah sakit. Pemberian nurtrisi yang baik dapat mencegah terjadinya perburukan metabolik, dan menurunkan lamanya perawatan pasien di rumah sakit. Berbagai macam perubahan yang dapat terjadi pada pasien-pasien kritis. Penurunan asupan kalori dan protein dapat memperburuk kondisi klinis. Terjadinya sepsis dapat mengakibatkan terjadinya multiple organ failure, syok, dan kematian. Penilaian nutrisi yang tepat perlu dilakukan untuk dapat menentukan strategi yang tepat sehingga dapat memperbaiki kondisi dan prognosis pasien.

Pasien dirawat di ICU pada umumnya karena kondisi penyakit yang berat dan membutuhkan bantuan support pernafasan (seperti ventilator) ataupun support hemodinamik (seperti terapi cairan atau vasopressor). Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian nutrisi pasien yang dirawat di ICU antara lain adalah status hemodinamik dan fungsi gastrointestinal pasien. Pemberian nutrisi enteral awal (24-48 jam dari mulai masuk ICU) dikaitkan dengan banyak manfaat dan berkurangnya komplikasi. Beberapa pedoman gizi yang dapat digunakan pada pasien ICU antara lain:

1.    Semua pasien penyakit kritis harus menjalani assessment nutrisi pada saat admisi

2.    Tanda-tanda malnutrisi (cachexia, edema, atrofi otot, BMI < 20>

3.    Nutrisi enteral harus dimulai awal, sebaiknya dalam 24-48 jam masuk ICU

4.    Jika kebutuhan nutrisi tidak dapat dipenuhi dalam 7 hari setelah masuk ICU, maka dipertimbangkan penggunaan Nutrisi Parenteral

5.    Support nutrisi harus dianggap sebagai terapi, bukan sebagai terapi tambahan atau supportif

6.    Elektrolit harus dimonitor ketat pada pasien dengan terapi nutrisi

7.    Penilaian harian terhadap interaksi nutrisi dan obat

8.    Tube feeding dipertimbangkan jika 50-60% target nutrisi tidak dapat dicapai dalam 72 jam setelah memulai nutrisi peroral

Pada pasien yang tidak stabil secara hemodinamik, dapat terjadi penurunan peristaltik, hipoperfusi gastrointestinal, dan resiko iskemia mesenterika. Pada pasien seperti ini, nutrisi enteral dapat dimulai setelah pasien telah resusitasi cairan dan mulai stabil dengan dosis Vasopressor < 2>

Salah satu tujuan yang penting dari pemberian nutrisi pasien yang sakit kritis di ICU adalah mempertahankan massa otot. Gold standard untuk mengukur pengeluaran energi adalah indirect calorimetri. Underfeeding / Overfeeding tharus dihindari pada pasien ICU. Pasien dengan Enteral Nutrition sering dilaporkan mengalami underfeeding, terutama karena intoleransi. Sementara overfeeding dan komplikasi infeksi sering dilaporkan pada pasien yang mendapat parenteral nutrition

Komposisi nutrisi enteral yang dapat diberikan ke pasien ICU bervariasi. Nutrisi dapat berupa Polymeric Formula atau Blenderized Feeding (BF). BF dapat dipreparasi di dapur, dengan makanan rumahan atau kombinasi dengan formula. Kelemahan BF antara lain kontaminasi mikroba, inkonsistensi isi nutrien (16 – 50 %), osmolaritas dan viskositas yang tinggi, dan kemungkinan blokade tube. Bagi pasien sakit kritis dianjurkan dimulai pemberian nutrisi dengan polymeric formula standard. Micronutrien yang paling penting untuk diperhatikan pada pasien ICU adalah Selenium.

Bagi pasien dengan morbiditas spesifik membutuhkan nutrisi enteral yang spesifik juga. Pada pasien dengan gagal hepar, dianjurkan restriksi sodium untuk menghindari edema dan asites. Dianjurkan restriksi sodium 2 gram/hari. Dianjurkan juga suplementasi protein pada pasien dengan gangguan liver, perhitungan kebutuhan protein harus berdasarkan berat badan ’kering’ atau biasa tanpa edema. Perlu juga dipertimbangkan pemberian formula whole protein 35 – 40 kcal/kgBB/hari dan 1.2 -1.5 g/kgBB/hari. Bagi pasien dengan traumatic brain injury perlu diberikan diet tinngi protein 1,5 – 2,5 gram/kgBB/hari dan formulasi yang mengandung Arginine, Eicosapentanoic Acid / Docosahexaenoiac Acid yang bersifat immunomodulator. Bagi pasien gagal ginjal dianjurkan intake protein harian antara 1.2 -1.7 gram/kgBB/hari. Diet dilengkapi dengan makanan yang mengandung non protein kalori untuk mencukupi kebutuhan gizi. Jika kalium dan fosfat tinggi, dapat diberikan diet rendah kalium dan rendah fosfat.

Nutrisi sekarang dianggap sebagai terapi, bukan hanya sebagai terapi tambahan/supportif. Nutrisi awal, optimal, dan cukup membantu memperbaiki prognosis pasien ICU  dan mengurangi waktu perawatan. Selain memilih nutrisi yang tepat dan waktu pemberian optimal, dibutuhkan juga pengawasan ketat dan dokumentasi nutrisi harian bagi semua pasien ICU yang mendapat terapi nutrisi.

 

Referensi:

Maday KR. The importance of nutrition in critically ill patients. JAAPA 2017;30:32?7.

Dumlu EG, Özdedeo?lu M, Bozkurt B, Tokaç M, Yalçin A, Öztürk L, et al. A general consideration of the importance of nutrition for critically ill patients. Turk J Med Sci 2014;44:1055?9.

Yang S, Wu X, Yu W, Li J. Early enteral nutrition in critically ill patientswith hemodynamic instability: An evidence?based review and practicaladvice. Nutr Clin Pract 2014;29:90?6.

Cook AM, Peppard A, Magnuson B. Nutrition considerations in traumatic brain injury. Nutr Clin Pract 2008;23:608?20