Bagaimana Cara Jaga Berat Badan Ideal

Saat ini di Indonesia muncul masalah gizi yang dikenal dengan masalah gizi ganda (double burden). Di satu sisi masalah kurang gizi masih banyak namun di sisi lain masalah gizi terus meningkat, hal ini terjadi di semua kelompok usia dimulai dari pedesaan sampai ke perkotaan. Kurang gizi dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi dan gizi lebih, dengan akumulasi yang berlebih dapat meningkatkan risiko menderita penyakit degenerative. Selain itu kurang gizi menimbulkan masalah pada berat badan.

Berat badan merupakan salah satu parameter yang penting untuk mengetahui kondisi tubuh seseorang. Melalui berat badan dapat diketahui berbagai informasi untuk menganalisa kondisi tubuh seseorang. Menurut WHO bahwa faktor risiko penyebab kematian ke-5 di dunia yaitu kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesity). Setidaknya ada 2.8 juta penduduk di dunia meninggal akibat komplikasi obesitas, 23% menderita penyakit jantung iskemik, dan 7% sampai 41% mempunyai risiko terkena kanker pada organ tertentu. Dalam sebuah penelitian disampaikan, bahwa Dengan IMT dapat memantau status gizi seseorang yang berhubungan dengan kelebihan dan kekurangan berat.

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi. Asupan energi yang berlebih dan tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang seimbang (dengan kurang melakukan aktivitas fisik) akan dengan mudah menambah berat badan. Terjadinya perubahan pola makan disebabkan karena adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang memilih pada pola makan tinggi kalori, lemak dan kolestrol, dengan tidak diimbanginya aktivitas fisik yang akan menyebabkan gizi lebih. Apabila terjadi ketidakseimbangan energi akan mengarah pada kelebihan berat badan.

Pola makan dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungan dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan yaitu : makanan pokok, sumber protein, sayuran, buah-buahan, dan berdasarkan pada frekuensi harian, mingguan, pernah, dan tidak pernah sama sekali. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu makan, biasanya dipengaruhi oleh selera pribadi, usia, kebiasaan, dan sosial ekonomi. Pola makan yang dapat diamati meliputi frekuensi makan, waktu makan, dan tingkat konsumsi.

Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai hubungan pola makan, pola tidur dan aktivitas fisik dengan berat badan. Dalam penelitian yang sama disampaikan bahwa terdapat hubungan antara durasi waktu tidur dengan kelebihan berat badan.

Kita ketahui melewatkan sarapan akan mengakibatkan merasa sangat lapar dan tidak dapat mengontrol nafsu makan sehingga pada saat makan siang akan makan dalam porsi yang berlebih (overreacting). Saat kita melewatkan sarapan, kita cenderung untuk makan berlebihan saat makan sang. Padahal saat melewatkan makan, metabolisme tubuh melambat dan tidak mampu membakar kalori berlebihan yang masuk saat makan siang tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat bahwa anak atau remaja yang meninggalkan sarapan akan berisiko untuk menjadi overweight atau obesitas dibandingkan mereka yang sarapan.

Selain pola makan, pola tidur, dan aktivitas fisik dalam sebuah penelitian menunjukan bahwa faktor gen juga mempunyai peranan yang mempengaruhi pertambahan berat badan. Faktor genetik berhubungan dengan pertambahan berat badan, IMT, lingkar pinggang, dan aktivitas fisik. Jika ayah dan atau ibu menderita kelebihan berat badan maka kemungkinan anaknya memiliki kelebihan berat badan sebesar 40-50%. Apabila kedua orang tua menderita obesitas kemungkinan anaknya menjadi obesitas sebesar 70-80%.

Sejalan dengan beberapa ulasan di atas, berdasarkan penelitian diketahui bahwa orang tua mempengaruhi pola makan anak dan gaya hidup yang sama dalam keluarga. Keluarga mewariskan kebiasaan pola makan dan gaya hidup yang sama, sehingga hubungan antara gen dan lingkungan saling mendukung. Cukup alami bila anak-anak mengadopsi kebiasaan orang tua mereka. Seorang anak yang orang tuanya gemuk yang terbiasa makan makanan berkalori tinggi dan tidak aktif, kemungkinan besar anak tersebut akan mewarisi kebiasaan serupa dan menjadikannya kelebihan berat badan juga.

Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa dominan memilih makanan berminyak daripada sayur dan buah. Banyak alasan yang menyebabkan mahasiswa pada penelitian ini jarang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, salah satunya karena kurang suka dengan sayur dan tidak ada waktu di rumah untuk makan sayur dan buah akibat aktivitas yang lebih banyak di luar rumah. Beberapa mahasiswa mengaku bahwa. lebih suka mengkonsumsi jenis makanan kering seperti gorengan, aneka lauk (ayam, ikan, daging, dan lain-lain), aneka jajanan (batagor, sosis goreng, bakso, mi ayam), dan makanan manis seperti roti dan kue. Jenis makanan yang dikonsumsi tersebut sedikit mengandung serat. Pola makan dan kebiasan makan pada subjek penelitian cenderung ke arah makanan yang berlemak, berminyak serta mengandung banyak pati dan gula sehingga hal tersebut akan menyebabkan asupan serat menjadi rendah. Selain itu, tersedianya kantin, restoran cepat saji, dan pedagang keliling di sekitar area kampus yang umumnya menyajikan makanan yang berlemak dan berminyak juga mempengaruhi asupan serat pada mahasiswa. Pola konsumsi yang diterapkan remaja sekarang ini adalah makanan yang tinggi energi namun sedikit mengandung serat.

Untuk memiliki tubuh yang sehat dan ideal tentunya juga perlu dilakukan aktivitas fisik yang sesuai, aman dan efektif dalam upaya menurunkan berat badan. Seperti dengan berolahraga teratur dan terkontrol, karena akan membantu memelihara berat badan yang optimal, karena gerak yang dilakukan saat berolahraga sangat berbeda dengan gerak saat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti berdiri, duduk atau hanya menggunakan tangan. Olahraga yang dilakukan dengan tepat, teratur, dan terukur dapat memberikan peningkatan pengeluaran energi yang cukup besar untuk menjaga atau menurunkan berat badan secara berkala. Selain itu olahraga yang teratur dapat menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh atau kebugaran jasmani dan menghindarkan atau meminimalisasi dari berbagai serangan penyakit.

Dengan melihat beberapa ulasan di atas, perlu kita ketahui tentunya selain pola makan, pola tidur, aktivitas fisik, dan faktor genetika. Tentunya faktor pola hidup sehat juga mempunyai pengaruh yang perlu diperhatikan dalam menjaga berat badan yang ideal oleh karenanya memperhatikan pola hidup sehat dengan asupan gizi yang seimbang, selain itu tentunya menghindari konsumsi rokok dan alkhohol menjadi kunci yang harus dipegang dalam menjaga berat badan yang ideal selain dalam memperhatikan pola makan, pola tidur dan aktivitas fisik.

Referensi :

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Departemen Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

Ginting, N. 2002. Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan pada Mahasiswa Kesehatan dan Non Kesehatan yang Kos di Kelurahan Padang Ulan Kecamatan Medan Baru. Universitas Sumatera Utara.

Rampersaud GC, Pereira MA, Girard BL,  Adams J, Metzl JD. 2005.  Breakfast Habits, Nutritional Status,  Body Weight, And Academic  Performance In Children And  AdolescentsJ Am Diet Assoc.

Relda, dkk. 2013. Gambaran Durasi Tidur pada Remaja dengan Keleihan Berat Badan. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 2, Juli 2013, hlm. 849-853.

WHO. 2010. Population-based Prevention Strategies for Childhood Obesity. Geneva : WHO.