Apa Penyebab Warna Urine Hitam

Pernahkah sahabat sehat mendengar istilah Alkaptonuria? Alkaptonuria merupakan suatu kondisi kesehatan yang diturunkan, dan cukup jarang terjadi. Alkaptonuria dapat terjadi apabila tubuh tidak memproduksi suatu enzim yang disebut sebagai Homogenistik Dioksigenase (HGD) dalam jumlah yang cukup. Enzim ini digunakan untuk menguraikan suatu zat toksik yang disebut asam homogenistik. Saat tubuh tidak memproduksi HGD dalam jumlah yang cukup, asam homogenistik dapat mengalami penumpukan di dalam tubuh. Penumpukan asam homogenistik dapat menyebabkan tulang dan tulang rawan untuk mengalami perubahan warna dan menjadi rapuh. Individu dengan alkaptonuria juga dapat mengalami perubahan warna urine menjadi coklat tua atau hitam saat terekspos udara.

Alkaptonuria disebabkan oleh terdapatnya mutasi pada gen homogentisat 1,2 – dioksigenase (HGD), dan merupakan kondisi autosomal resesif. Hal ini berarti bahwa kedua orang tua harus memiliki gen tersebut guna menurunkan kondisi tersebut kepada anaknya. Gejala alkaptonuria biasanya berkembang secara perlahan dan sering kali baru diketahui saat penderitanya berusia 20 – 30 tahunan. Selain urine yang berwarna gelap, penderita alkaptonuria atau black urine disease bisa mengalami keluhan berupa radang sendi (arthritis). Jika tidak ditangani dengan tepat, alkaptonuria dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti batu ginjal atau kerusakan katup jantung.

Penyebab Alkaptonuria

Alkaptonuria disebabkan oleh perubahan (mutasi) gen homogentisate 1,2 – dioxygenase (HGD). Mutasi tersebut menyebabkan enzim homogentisate oxidase yang diperlukan untuk memecah asam amino tidak bekerja dengan baik. Akibatnya, proses penguraian asam amino tirosin dan fenilalanin menjadi terganggu.

Gangguan pada sistem penguraian asam amino juga menyebabkan penumpukan asam homogentisat dalam tubuh. Penumpukan asam homogentisat inilah yang menimbulkan gejala alkaptonuria.

Alkaptonuria merupakan kelainan genetik yang diturunkan secara autosomal resesif. Dengan kata lain, alkaptonuria terjadi ketika masing-masing orang tua menurunkan satu salinan gen yang bermutasi kepada anaknya.

Faktor Risiko Alkaptonuria

Anak laki-laki dan perempuan lebih berisiko terkena alkaptonuria jika kedua orang tuanya menderita penyakit yang serupa. Sedangkan jika penyakit ini diturunkan hanya dari salah satu orang tua, anak tidak akan menderita alkaptonuria, tetapi bisa menjadi pembawa (carrier) gen alkaptonuria.

Gejala Alkaptonuria

Sebagian penumpukan asam homogentisat akan dikeluarkan melalui urine. Hal inilah yang menyebabkan urine penderita alkaptonuria berwarna lebih gelap atau hitam setelah beberapa menit terpapar udara.

Gejala alkaptonuria bisa muncul sejak bayi. Salah satu tandanya adalah muncul noda hitam di popok. Keluhan lainnya akan makin terlihat seiring pertambahan usia penderita. Umumnya, gejala tersebut mulai terlihat ketika usia penderita menginjak akhir 20 tahunan atau awal 30 tahunan.

Tanda dan gejala alkaptonuria bisa bervariasi, tergantung pada bagian tubuh yang terpengaruh. Beberapa gejala alkaptonuria yang umum terjadi meliputi :

1.      Bercak di kulit yang berwarna kebiruan atau kehitaman, terutama di bagian yang sering terpapar sinar matahari dan di sekitar kelenjar keringat.

2.      Keringat berwarna gelap atau hitam.

3.      Kuku berwarna kebiruan atau kecokelatan.

4.      Bintik-bintik berwarna cokelat atau abu-abu di bagian putih mata (sklera).

5.      Tulang rawan telinga menebal, berwarna kebiruan atau hitam.

6.      Kotoran telinga berwarna merah pekat atau gelap.

7.      Radang sendi, terutama sendi pinggul dan lutut.

8.      Kotoran telinga berwarna merah pekat atau gelap.

9.      Sesak napas

Pemeriksaan Alkaptonuria

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada kulit, telinga, dan mata pasien. Selanjutnya, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti :

1.      Tes urine, untuk mendeteksi keberadaan asam homogentisat di dalam urine.

2.      Tes DNA, untuk memeriksa perubahan gen HGD di dalam tubuh pada pasien yang memiliki keluarga dengan riwayat alkaptonuria.

Penanganan Alkaptonuria

Belum ada pengobatan yang bisa menyembuhkan alkaptonuria. Namun, dokter dapat memberikan penanganan untuk meringankan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, dan mencegah komplikasi. Beberapa metode yang dapat dilakukan adalah :

1.      Perubahan Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup lebih sehat yang bisa direkomendasikan oleh dokter adalah :

a.      Membatasi konsumsi makanan tinggi protein untuk menurunkan kadar tirosin dan fenilalanin dalam tubuh.

b.      Mengonsumsi makanan kaya vitamin c, seperti jeruk dan kiwi, guna memperlambat penumpukan asam homogentisat di dalam tulang rawan.

c.      Menghindari olahraga yang rentan menyebabkan cedera di sendi, seperti sepak bola atau tinju.

d.      Melakukan terapi relaksasi, atau olahraga seperti yoga, renang, dan pilates, untuk mengelola stres, menguatkan sendi, menurunkan berat badan, serta memperbaiki postur tubuh.

2.      Obat-obatan

Beberapa jenis obat-obatan yang bisa diberikan oleh dokter adalah :

a.      Obat antinyeri dan antiradang, untuk meredakan keluhan nyeri sendi.

b.      Vitamin C, untuk menghalangi penumpukan asam homogentisat.

Salah satu obat yang sedang diteliti efektivitasnya untuk alkaptonuria adalah nitisinone. Nitisinone sebenarnya adalah obat yang digunakan untuk mengatasi kondisi HT-1 (Hereditary Tyrosinemia type 1) atau tyrosinemia tipe 1 turunan.

3.      Fisioterapi

Fisioterapi dilakukan dengan bantuan alat bernama Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS). Tindakan ini bertujuan untuk membuat ujung saraf tulang belakang menjadi mati rasa sehingga nyeri mereda.

4.      Operasi

Jika alkaptonuria menimbulkan kerusakan pada sendi atau organ lain, dokter akan menyarankan tindakan operasi. Prosedur ini biasanya dilakukan pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun.

Jenis operasi yang biasanya dilakukan adalah operasi penggantian tulang panggul, lutut, atau bahu, dan penggantian katup jantung. Operasi penggantian katup jantung juga dapat dilakukan bila katup jantung sudah mengeras akibat penumpukan asam homogentisat.

 

Referensi :

A.  K. Anamalai. 2022. Urine Hitam – Alkaptonuri. Jurnal Kedokteran Internasional, Asosiasi Dokter Britania.

Davison, A., et al. 2020. Alkaptonuria – Many Questions Answered, Further Challenges Beckon. Annals of Clinical Biochemistry, 57(2), pp. 106-120.

Zatkova, A., Ranganath, L., & Kadasi, L. 2020. Alkaptonuria : Current Perspectives. The Application of Clinical Genetics, 13, pp. 37-47.

Darmala, N., et al. 2017. Alkaptonuria : A Case Report. Indian Journal of Ophthalmology, 65(6), pp. 518-521. 

National Organization for Rare Disorders. 2022. Alkaptonuria.

National Health Service UK. 2022. Health A to Z. Alkaptonuria.