Apa Penyebab Diare pada Bayi

Tidak hanya bisa menyerang orang dewasa, diare juga bisa terjadi pada bayi berumur 0-6 bulan. Bahkan diketahui diare merupakan penyakit yang menyebabkan angka kematian bayi tertinggi di Indonesia. Diare bisa membuat si kecil menderita, sehingga ia akan terus menangis karena merasa tidak nyaman. Ibu yang tidak tahu penyebabnya pun menjadi panik dan bingung bagaimana cara menanganinya. Karena itu, mengetahui penyebab diare pada bayi cukup penting agar ibu bisa memberikan penanganan yang tepat. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi pada bayi. Sebagian kasus diare pada bayi sebenarnya bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, bayi juga berisiko mengalami komplikasi yang berbahaya, jika diare yang dialaminya tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Sebenarnya secara alami, bayi memang punya kecenderungan untuk buang air besar lebih sering daripada anak-anak maupun orang dewasa. Kadang-kadang bayi malah bisa buang air besar setiap kali selesai minum ASI. Namun, bila si kecil buang air besar terlalu sering dan tekstur tinjanya lebih encer, berbau, dan lebih banyak, maka itu tandanya si kecil terkena diare. Pada sebagian kasus, kondisi diare yang dialami bayi masih tergolong ringan. Tetapi, bayi juga berisiko mengalami diare yang cukup kronis sehingga butuh penanganan segera dari dokter. Angka kematian bayi dan balita akibat diare masih tergolong tinggi. Di seluruh dunia, sekitar 525.000 bayi dan balita meninggal karena diare setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, persentase kematian bayi akibat diare masih cukup tinggi, yaitu sekitar 25-30%.

Berbagai Penyebab Diare pada Bayi

1.      Penyebab Diare Bayi yang Tergolong Ringan

Bila diare yang dialami si kecil masih termasuk ringan dan hanya berlangsung beberapa hari saja, maka biasanya kondisi ini bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perlu memberikan obat-obatan. Berikut kemungkinan penyebabnya :

a.      Intoleransi Laktosa

Laktosa adalah sumber karbohidrat terpenting dalam ASI dan susu formula. Namun, tidak semua bayi bisa mencerna laktosa ini dengan baik. Bila bayi menunjukkan reaksi tidak wajar setelah mengonsumsi protein susu, baik itu susu hewani segar maupun susu formula, itu tandanya ia memiliki intoleransi laktosa.

b.      Tidak Cocok dengan Susu Formula

Bayi yang diare juga mungkin saja disebabkan karena ia tidak cocok dengan susu formula yang ibu berikan. Ibu perlu tahu bahwa beberapa zat tambahan dalam susu formula serta cara ibu meracik susu juga bisa memicu diare pada bayi.

c.      Alergi Makanan

Bayi yang berusia 0-6 bulan memiliki sistem pencernaan yang masih belum sempurna, sehingga ia cukup rentan mengalami alergi. Meskipun ibu memberinya ASI eksklusif, bayi masih berpotensi mengalami alergi dari jenis makanan yang dikonsumsi oleh ibu.

d.      Infeksi Virus

Sebagian besar kasus diare pada bayi disebabkan karena adanya infeksi virus. Salah satu jenis virus yang paling sering menjadi biang keladinya adalah rotavirus.

2.      Penyebab Diare Bayi yang Tergolong Serius

Bila bayi terus menerus buang air besar selama berhari-hari dan tidak kunjung sembuh, disertai demam tinggi dan ada bercak darah pada tinja, itu berarti bayi mengalami diare yang kronis dan serius. Berikut beberapa penyebabnya :

a.      Infeksi Bakteri

Bakteri seperti SalmonellaEscherichia Coli atau Sighella bisa menyebabkan diare yang cukup parah pada bayi. Biasanya, bayi akan mengalami gejala-gejala seperti kram perut, demam dan berdarah saat buang air besar bila terkena infeksi bakteri. Segera bawa si kecil ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

b.      Infeksi Parasit

Selain bakteri, parasit seperti Giardasis juga bisa menyebabkan bayi mengalami diare yang cukup kronis. Bahkan, penyakit ini bisa menular. Jadi, bila si kecil terkena jenis diare ini, bawalah ke dokter untuk segera diobati.

Diare pada bayi bisa disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya :

1.      Gastroenteritis dan infeksi usus akibat virus, bakteri, dan parasite.

2.      Keracunan makanan, khususnya pada bayi yang sudah mengonsumsi MPASI.

3.      Terlalu banyak mengonsumsi jus buah.

4.      Alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu.

5.      Intoleransi susu sapi.

Cara Menangani Diare pada Bayi

Diare yang disebabkan oleh infeksi virus dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun, bayi tetap perlu mendapatkan asupan cairan dan nutrisi yang cukup selama diare. Berikut ini adalah beberapa langkah penanganan diare pada bayi yang dapat Anda lakukan di rumah :

1.      Memberikan ASI dan cairan elektrolit.

Bayi berusia di bawah 6 bulan yang mengalami diare dapat diatasi dengan pemberian ASI lebih sering. Hal ini karena ASI mengandung nutrisi yang diperlukan untuk menggantikan cairan dan nutrisi yang hilang selama BAB.

Selain itu, ASI juga mengandung antibodi yang dapat membantu bayi melawan bakteri atau virus penyebab diare. Pada bayi berusia di atas 6 bulan, pemberian ASI boleh dilanjutkan sambil diselingi pemberian cairan rehidrasi oral, seperti oralit atau air tajin, setiap kali ia BAB dan muntah.

2.      Memberikan suplemen zinc.

Suplemen zinc dapat diberikan untuk mengatasi diare pada balita. Menurut WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi yang mengalami diare akut dapat diberikan suplemen zinc selama 10-14 hari.

Dosis pemberian suplemen zinc pada bayi berusia di bawah 6 bulan adalah sekitar 10 mg per hari, sedangkan pada balita 20 mg per hari. Untuk menentukan dosis dan cara pemberian suplemen yang benar, Bunda bisa berkonsultasi ke dokter anak.

3.      Memberikan probiotik

Beberapa riset menunjukkan bahwa pemberian probiotik bisa mendukung proses penyembuhan dan mempercepat pemulihan bayi yang mengalami diare. Oleh karena itu, ibu dapat memberikan si kecil suplemen atau makanan yang mengandung probiotik saat ia terkena diare.

4.      Jika tidak segera membaik segera periksakan ke dokter atau pelayanan kesehatan terdekat

Pencegahan

Perlu melakukan tindakan pencegahan diare pada bayi dengan beberapa cara berikut ini :

a.      Mencuci tangan sebelum menyiapkan susu dan makanan bayi serta setelah mengganti popoknya.

b.      Mencuci tangan si kecil, terutama setelah ia bermain, menyentuh benda kotor, atau setelah buang air kecil dan buang air besar.

c.      Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar, termasuk mainan dan benda lain yang sering disentuh si kecil.

d.      Memberikan ASI eksklusif secara rutin.

e.      Memastikan kebersihan dan kesterilan botol susu atau peralatan MPASI yang digunakan.

 

Referensi :

Dhea Fhakira Khairunisa, dkk. 2020. Faktor Risiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia, A System Review. Jurnal Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Jakarta.

Yang, et al. 2019. A Meta-Analysis of The Effects of Probiotics And Synbiotics in Children with Acute Diarrhea. Medicine (Baltimore), 98(37), E16618.

World Health Organization. Zinc Supplementation in The Management of Diarrhoea.

Yu, C., Lougee, D., & Murno, J.R. American Academy of Pediatrics. 2016. Diarrhea and Dehydration

Hafifah, C.N. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017. Bagaimana Memberi Makan Anak Saat Sedang Diare.

Firmansyah, A. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015. Tinja Bayi : Normal Atau Tidak? (Bagian 1 & 2)

Hegar, B. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014. Bagaimana Menangani Diare pada Anak.