Apa Itu Tuberkulosis

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ paru-paru.

Kondisi yang disebut dengan TB paru ini harus ditangani segera jika tidak ingin berakibat fatal.

Pasalnya, bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi organ tubuh lainnya, seperti ginjal, kelenjar getah bening, selaput otak tulang, dan sendi. Ketika tuberkulosis sudah menginfeksi bagian tubuh lainnya, maka kondisi ini disebut dengan TB ekstra paru.

Infeksi penyakit tuberkulosis mulai meningkat pada tahun 1985, sebagian karena munculnya HIV, virus penyebab AIDS. HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga penderitanya tidak dapat melawan kuman TBC.

Bakteri penyebab TBC menyebar dari orang ke orang melalui droplet yang dilepaskan ke udara melalui batuk dan bersin.

Di Indonesia sendiri, kasus TBC terbilang cukup tinggi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat pada tahun 2020 terdapat 351.936 kasus tuberkulosis yang mana sebagian besar penderitanya berusia produktif.

Sahabat MIKA mari kenali apa itu tuberkulosis (TB), gejala, penyebab, cara penularan, dan pencegahannya berikut ini!

Jenis TBC

Ada dua jenis infeksi TB yang berdasarkan tingkat keparahannya. Berikut di antaranya.

1. TBC Laten

TBC laten terjadi ketika penderitanya memiliki kuman di tubuh tetapi sistem imun berhasil mencegahnya supaya tidak menyebar. Penderitanya pun tidak memiliki gejala apapun, dan tidak menular.

Meski demikian, infeksinya masih hidup dan suatu hari nanti bisa menjadi aktif. Jika Sahabat MIKA berisiko tinggi, dokter akan memberi obat untuk mencegah TB aktif. Beberapa faktor risiko yang memicu TB laten menjadi aktif adalah mengidap HIV, mengalami infeksi dalam 2 tahun terakhir, rontgen dada menunjukan kondisi yang tidak biasa, atau sistem kekebalan tiba-tiba melemah.

2. TBC Aktif

Sementara seseorang yang sudah mengalami TBC aktif adalah saat kuman berkembang biak dan membuatnya menimbulkan gejala dan sakit. Bahkan, Anda juga dapat menyebarkan penyakit ini kepada orang lain.

90% kasus aktif pada orang dewasa berasal dari infeksi TB laten. Infeksi TB laten atau aktif juga dapat resisten terhadap obat. Artinya obat tertentu tidak bekerja melawan bakteri.

Gejala TBC

Kuman penyebab virus tuberkulosis bersifat khusus dan perkembangannya lambat dibandingkan penyakit lain.

Pada jenis TBC laten, sebagian besar tidak mengalami gejala. Berbeda dengan TBC aktif yang biasanya menyebabkan banyak gejala. Biasanya gejala berhubungan dengan sistem pernapasan yang dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya, tergantung di mana bakteri TBC tumbuh.

Gejala umum ditimbulkan oleh TBC di paru-paru antara lain:

  • Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu
  • Batuk darah atau dahak (dahak)
  • Sakit dada
  • Mudah lelah dan lemah
  • Demam
  • Panas dingin
  • Keringat malam
  • Kehilangan nafsu makan
  • Penurunan berat badan

Sementara, apabila TBC sudah menyebar ke organ lain, dapat menyebabkan:

  • Muncul darah dalam urine
  • Kehilangan fungsi ginjal jika TB mempengaruhi ginjal
  • Sakit punggung dan kekakuan, kejang otot, dan ketidakteraturan tulang belakang jika TBC mempengaruhi tulang belakang
  • Mual dan muntah
  • Kebingungan
  • Kehilangan kesadaran, jika TBC menyebar ke otak.

 

 

Penyebab Tuberkulosis

Penyebab utama tuberkulosis adalah bakteri yang disebut Mycobacterium tuberculosis. Selain itu, ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan peluang Anda tertular bakteri penyebab penyakit TBC meliputi:

  • Menderita diabetes
  • Menderita penyakit ginjal stadium akhir
  • Menderita kanker
  • Malnutrisi
  • Kebiasaan merokok
  • Mengonsumsi alkohol dalam jangka waktu yang lama
  • Mengidap HIV atau penyakit lain yang membahayakan sistem kekebalan
  • Obat-obatan yang menekan sistem kekebalan juga dapat membuat orang berisiko terkena penyakit TB aktif, termasuk obat-obatan yang membantu mencegah penolakan transplantasi organ.
  • Bepergian ke daerah dengan tingkat TBC yang tinggi

Cara Penularan TBC 

Bakteri TBC ditularkan melalui droplet di udara. Begitu tetesan ini memasuki udara, siapa pun di dekatnya dapat menghirupnya. Seseorang dengan TBC dapat menularkan bakteri melalui bersin, batuk, berbicara, dan nyanyian.

Orang dengan sistem kekebalan yang berfungsi dengan baik mungkin tidak mengalami gejala TBC, bahkan jika mereka telah tertular bakteri tersebut, dikenal sebagai infeksi TBC laten atau tidak aktif.

Adapun tahapan penularan dari penyakit tuberkulosis adalah sebagai berikut:

  • Infeksi primer ketika bakteri masuk melalui hidung dan mulut yang menghirup udara dengan kandungan bakteri penyebab tuberkulosis. Bakteri ini bisa mencapai paru-paru, lalu mulai memperbanyak diri.
  • Infeksi laten, terjadi ketika sistem imun melakukan perlawanan saat bakteri mulai berkembang biak. Ketika sistem imun kuat, maka bakteri dapat dihancurkan untuk  menahan perkembangan infeksinya.
  • Infeksi aktif, terjadi ketika sistem imun tidak kuat atau lemah melawan serangan bakteri TB. Alhasil, bakteri akan lebih bebas memperbanyak diri dan menyerang sel-sel sehat di paru-paru.

Setelah terinfeksi, Sahabat MIKA harus menjalani pengobatan dengan mengonsumsi obat TBC secara teratur selama 6-12 bulan. Pengobatan TBC memiliki tujuan untuk mengurangi jumlah bakteri secara perlahan untuk meminimalisir risiko penularan.

Pengobatan TBC

Berikut adalah beberapa jenis obat yang biasa digunakan dalam pengobatan TBC:

  • Isoniazid
  • Rifampin
  • Ethambutol
  • Pyrazinamide
  • Rifapentine

Perlu diingat, obat TBC ini tidak sama dengan obat antibiotik pada umumnya. Ada aturan khusus bagi pasien dalam mengonsumsi obat ini.

Menurut Kementerian Kesehatan, obat TBC ini harus dikonsumsi satu kali sehari di jam yang sama.

Selain itu, obat jenis isoniazid dan rifampin sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong atau belum makan.

Sementara, itu bagi Anda yang mengalami resistensi obat TBC, harus menjalani pengobatan lini kedua. Obat-obat lini kedua tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Levofloxacin
  • Moxifloxacin
  • Gatifloxacin
  • Amikacin
  • Apreomycin
  • Kanamycin
  • Streptomycin
  • Ethionamide atau prothionamide
  • Cycloserine atau terizidone
  • Linezolid
  • Clofazimine
  • Bedaquiline
  • Delamanid
  • P-aminosalicylic acid
  • Imipenem-cilastatin
  • Meropenem
  • Amoxicillin-clavulanate
  • Thioacetazone]

Cara Mencegah Tuberkulosis 

Faktanya, 10% masyarakat Indonesia memiliki bakteri TB. Namun, apakah infeksi bersifat laten atau aktif tergantung pada kondisi penderitanya. Jika mereka memiliki sistem imun yang baik, penyakit ini bisa sembuh bahkan sebelum gejala tersebut muncul.

Maka dari itulah, pencegahan utama agar tidak terjangkit tuberculosis (TB) adalah sebagai berikut:

  • Makan teratur
  • Menjaga pola tidur sehat
  • Berhenti merokok.

Jika Anda sudah terinfeksi, selain menjalani pengobatan, harus menjalani pola hidup sehat seperti yang disebut di atas agar penyakit tidak menular ke orang lain.

Apabila Anda memiliki anak, jangan sampai melewatkan vaksin BCG atau Bacillus Calmette–Guérin untuk mencegah TBC. Selain untuk bayi dan anak-anak, vaksin ini juga bisa diberikan pada orang dewasa berusia 16–35 tahun, terutama untuk mereka yang berisiko tinggi terpapar TBC di tempat kerja.

Terakhir, jangan lupa untuk selalu melalui medical check up untuk mendeteksi berbagai jenis penyakit, termasuk TBC.

Kapan Perlu Pergi ke Dokter?

Anda perlu pergi ke dokter ketika sudah melakukan kontak dengan seseorang yang menderita TBC.

Selain itu, perhatikanlah gejala yang Anda alami. Jika sudah mengalami batuk-batuk lebih dari dua minggu disertai beberapa gejala TBC lainnya, segeralah konsultasi dengan dokter.

Pasalnya, gejala tersebut bisa jadi pertanda bahwa Anda telah terinfeksi bakteri.

Jika merasa tidak memiliki waktu untuk mengantre panjang demi berkonsultasi dengan dokter, Anda tidak perlu khawatir.

 

Sumber rujukan: 

  • Kementerian Kesehatan. 2022. TBC
  • Healthline. 2024. Tuberculosis 
  • Web MD. 2023. Tuberculosis
  • Mayo Clinic. 2023. Tuberculosis
  • Kementerian Kesehatan. 2023. Cara Minum Obat TBC yang Baik dan Benar
  • Cleveland Clinic. 2022. Tuberculosis
  • Fanny Quenard,Pierre Edouard Fournier, Michel Drancourt, dan Philippe Brouqui. (2017). Role of second-line injectable antituberculosis drugs in the treatment of MDR/XDR tuberculosis. International Journal of Antimicrobial Agents: Volume 50, Issue 2