Apa itu Tortikolis? Penyebab, Gejala, & Cara Mengobatinya

Tortikolis adalah gangguan pada otot leher yang menyebabkan posisi kepala menjadi berputar dan miring ke satu sisi. Kondisi ini lebih umum dikenal dengan sebutan leher miring di Indonesia. Pengobatan dini dibutuhkan untuk mencegah komplikasi serius.

 

Umumnya, gejala tortikolis bisa dilihat saat bayi baru lahir (congenital) atau berkembang selama fase pertumbuhan (acquired). Di mana, kepala bagian atas penderita tortikolis terlihat miring ke satu sisi dan dagunya miring ke sisi lainnya.

 

Untuk mengetahui lebih mendalam tentang apa itu tortikolis, mari simak selengkapnya di pembahasan berikut.

 

Apa itu Tortikolis?

 

Tortikolis adalah gangguan pada otot leher seseorang yang membuat kepalanya berputar dan miring ke satu sisi. Kondisi ini umumnya ditemukan pada bayi dan tidak menyebabkan rasa sakit. Oleh karena itu, orang tua sering kali tidak menyadari adanya gangguan pada otot leher ini hingga bayi berusia beberapa minggu.

 

Di sisi lain, tortikolis yang dialami ketika bayi sudah dalam masa pertumbuhan umumnya baru terlihat pada usia empat hingga enam bulan, atau lebih. Meskipun bukan gangguan kesehatan yang membahayakan nyawa, tortikolis yang didapat (acquired) bisa menjadi sebuah pertanda akan kondisi kesehatan yang serius.

 

Penyebab Tortikolis

 

Leher miring atau tortikolis terjadi ketika otot sternocleidomastoid (SCM) di salah satu sisi leher bayi lebih pendek dari sisi lainnya. Hingga saat ini, para ilmuwan masih belum memahami mengapa otot tersebut bisa memendek. Namun diduga alasannya berasal dari beberapa faktor berikut:

 

  • Kelainan yang diturunkan secara genetik.

  • Kelainan posisi bayi di dalam rahim pada masa kehamilan.

  • Perkembangan yang abnormal pada SCM.

  • Penebalan yang tidak normal pada jaringan otot bayi (fibrosis).

  • Sindrom Klippel-Feil yang menyebabkan tulang belakang di leher bayi melebur.

  • Darah yang menggumpal dan mengumpul di otot leher bayi (hematoma).

  • Pembengkakan di tenggorokan anak yang dapat disebabkan infeksi, cedera, atau alasan lainnya yang tak diketahui.

  • Masalah pada penglihatan.

  • Reaksi terhadap obat-obatan tertentu.

  • Arthritis pada leher (spondilosis servikal).

  • Gastroesophageal reflux disease (GERD).

  • Sindrom Sandifer yang merupakan kombinasi langka GERD dan kejang leher.

  • Sindrom Grisel, yaitu komplikasi dari infeksi kepala dan leher atau komplikasi dari operasi di telinga, hidung, dan tenggorokan (THT).

 

Gejala Tortikolis

 

Kepala bayi atau anak yang terlihat miring ke satu sisi merupakan tanda tortikolis yang paling mudah diamati. Adapun gejala tortikolis pada bayi lainnya meliputi:

 

  • Gerakan kepala dan leher terbatas.

  • Salah satu sisi bahu bayi terlihat lebih tinggi daripada sisi lainnya.

  • Otot leher terlihat mengencang dan tegang.

  • Terdapat benjolan kecil di salah satu otot bayi.

  • Fitur wajah yang tidak simetris.

  • Nyeri leher yang cukup parah.

  • Kepala bergetar (tremor kepala).

  • Sakit kepala.

  • Gangguan pendengaran dan penglihatan.

  • Sulit menganggukkan atau menggelengkan kepala.

 

Diagnosis Tortikolis

 

Agar dapat segera diatasi, tortikolis perlu didiagnosis oleh tenaga kesehatan profesional terlebih dahulu. Dokter terkait akan melakukan anamnesis (wawancara medis) untuk mengetahui riwayat kesehatan anak, terutama ada atau tidaknya riwayat cedera pada anak yang dapat memicu kondisi leher miring.

 

Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan, terutama pada leher bayi. Dalam proses pemeriksaannya akan dilihat apakah ada pembengkakan pada otot leher atau masalah lainnya, seperti otot leher kaku, tegang, mengencang, dan lain-lain. Di samping itu, dokter akan memeriksa tulang belakang bagian atas agar mendapatkan diagnosis yang akurat.

 

Adapun pemeriksaan leher dan tulang belakang bagian atas tersebut dapat dilakukan melalui beberapa metode pencitraan seperti:

 

  • X-ray.

  • CT scan.

  • MRI (magnetic resonance imaging).

 

Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dokter biasanya juga akan melakukan beberapa tes lainnya seperti:

 

  • Tes darah untuk mendeteksi infeksi yang mungkin menyebabkan terjadinya tortikolis.

  • Elektromiogram (EMG) untuk mendeteksi bagian leher yang mengalami gangguan berdasarkan aktivitas listrik otot.

 

Terapi Tortikolis

 

Seperti yang disebutkan di awal, tortikolis membutuhkan penanganan dini untuk mencegah komplikasi serius, seperti gangguan makan dan keseimbangan tubuh, terlambat belajar berjalan dan duduk, kelainan bentuk wajah, nyeri kronis, hanya mampu berguling ke satu sisi, dan lain-lain.

 

Pelaksanaan terapi untuk penderita tortikolis harus didampingi dengan pemeriksaan dokter secara rutin. Agar kondisi leher miring bisa diatasi, berikut beberapa terapi fisik yang bisa dilakukan:

 

  • Membiasakan bayi menengok ke arah yang berlawanan dari sisi yang biasa ia tengok untuk melemaskan otot leher dan membiasakan bayi menengok ke kedua arah.

  • Membaringkan bayi di perut ibu (tummy time) selama kurang lebih lima belas menit, empat kali sehari untuk menguatkan otot leher dan punggung bayi.

  • Melakukan peregangan leher untuk melemaskan otot.

  • Memberikan pijatan di bagian leher (dilakukan oleh terapis).

  • Mengompres bagian leher yang lebih pendek dengan air hangat.

  • Menggunakan penyangga leher.

  • Melakukan terapi listrik dengan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) dan fisioterapi.

  • Suntik botox untuk mengendurkan otot leher yang kaku.

 

Pengobatan Tortikolis

 

Kondisi leher miring atau tortikolis perlu diatasi dengan cepat agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih serius. Apabila penderitanya mengalami nyeri hebat, maka dokter dapat memberikan obat-obatan berikut:

 

  • Obat pereda nyeri.

  • Obat untuk melemaskan otot.

  • Obat antiinflamasi nonsteroid.

 

Jika pengobatan tortikolis dengan fisioterapi dan terapi farmakologis (metode pengobatan melalui obat-obatan) masih belum mampu menyembuhkan gangguan pada otot leher, maka dokter akan menyarankan tindakan operasi dengan prosedur berikut:

 

  • Selective denervation: Pemotongan saraf pengontrol otot sternocleidomastoid di sisi kepala yang miring sehingga otot leher yang tegang dapat melemah.

  • Sternocleidomastoid release: Pembedahan untuk memanjangkan otot leher yang mengalami kelainan.

  • Dorsal cord stimulation: Menanamkan elektroda di bawah kulit untuk mengirim arus listrik yang rendah ke saraf tulang belakang dengan tujuan untuk meredakan rasa nyeri.

  • Deep brain stimulation: Menanamkan elektroda di bagian tertentu dalam otak untuk mengirim sinyal listrik yang dapat mengatur kekencangan otot leher. DBS dapat menjadi suatu pilihan pengobatan untuk kasus tortikolis yang tetap menyebabkan rasa nyeri walaupun telah dilakukan berbagai terapi termasuk injeksi botox.