Apa itu Sindrom Asperger? Penyebab, Gejala, & Cara Mengobatinya

Sindrom Asperger adalah gangguan saraf yang berdampak pada perkembangan anak. Anak-anak dengan kondisi ini akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi atau bersosialisasi dengan orang lain. Mereka juga cenderung berperilaku dan memiliki pola berpikir yang kaku dan sama berulang kali.

 

Diagnosis sindrom Asperger kini bukan lagi merupakan diagnosis tersendiri, melainkan sudah masuk ke dalam kategori besar dari autism spectrum disorder (ASD). Di mana, kedua gangguan ini memiliki beberapa gejala gangguan psikologis yang sama. Meskipun begitu, masih banyak yang menggunakan istilah sindrom Asperger untuk mendeskripsikan gejala yang dialami penderita.

 

Mempelajari sindrom Asperger adalah hal penting, terutama bagi para orang tua, untuk membuka wawasan tentang kesehatan mental dan tumbuh kembang anak. Mari kenali apa itu sindrom Asperger, penyebab, gejala, dan pengobatannya melalui ulasan di bawah ini.

 

Apa itu Sindrom Asperger?

 

Sindrom Asperger adalah kelainan neurologis di mana anak mengalami kesulitan memahami orang lain dalam hubungan sosial. Misalnya, penderita tidak paham bentuk komunikasi halus seperti bahasa tubuh, humor, dan sarkasme. Meski begitu, anak yang mengidap gangguan saraf ini masih dapat melakukan aktivitas sekolah dengan tingkat kecerdasan yang sama seperti anak-anak lain pada umumnya.

 

Pengidap sindrom Asperger cenderung tidak menyukai perubahan sehingga akan membicarakan satu hal atau melakukan sesuatu yang sama secara terus-menerus atau berulang kali. Perilaku ini bisa berkembang menjadi obsesi yang mengganggu kegiatan sehari-hari.

 

Sindrom Asperger dapat terjadi pada siapa saja, namun lebih sering dialami oleh anak laki-laki. Kasus gangguan saraf ini pun biasanya terdeteksi ketika anak berusia lima hingga sembilan tahun. Namun, beberapa kasus lainnya dapat terdeteksi sejak anak berusia tiga tahun.

 

Penyebab Sindrom Asperger

 

Meskipun sindrom Asperger dapat dideteksi sejak dini, hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun, kemungkinan besar pemicunya terkait dengan faktor genetik dan masalah dalam perkembangan otak, yang juga menjadi penyebab ASD.

 

Selain faktor genetik dan abnormalitas perkembangan otak, terdapat beberapa hal lain yang masih perlu diteliti lebih lanjut dan mungkin memiliki potensi sebagai penyebab sindrom Asperger. Faktor-faktor tersebut termasuk infeksi virus, komplikasi atau masalah kesehatan saat hamil, polusi udara, dan efek samping obat-obatan.

 

Gejala Sindrom Asperger

 

Sindrom Asperger adalah kelainan saraf yang bisa dilihat dari perilaku anak pada saat beraktivitas sosial. Biasanya, pengidap kondisi ini ditandai dengan gejala-gejala berikut:

 

1. Canggung dalam Berinteraksi Sosial

 

Seseorang dengan sindrom Asperger cenderung menunjukkan sikap canggung, seperti menghindari kontak mata saat melakukan interaksi sosial, termasuk saat mengobrol dengan orang lain.

2. Kurang Peka dengan Sesama

 

Penderita sindrom Asperger tidak mampu memahami isyarat sosial yang menandakan emosi seseorang, seperti bahasa tubuh. Selain itu, penderita juga mengalami kesulitan untuk memahami ekspresi wajah seperti merengut dan tersenyum.

 

3. Kesulitan Berekspresi

 

Anak yang mengidap sindrom Asperger tidak mampu menampilkan ekspresi wajah untuk menunjukkan emosinya. Meskipun merasa bahagia, pengidap kondisi ini tidak akan tersenyum maupun tertawa dengan lepas. Cara bicaranya pun juga datar seperti robot dan tidak menunjukkan emosi sama sekali.

 

4. Mengulang Topik yang Sama

 

Salah satu hal yang tidak disukai oleh penderita sindrom Asperger adalah hal-hal baru, sehingga sering kali topik percakapan dan kegiatan yang mereka lakukan cenderung repetitif. Biasanya, seseorang dengan gangguan neurologis ini juga suka mengonsumsi makanan dan minuman yang sama. Misalnya, mengonsumsi menu sarapan yang sama setiap hari.

 

5. Sulit Mengikuti Aktivitas Fisik

 

Sindrom Asperger juga dapat memengaruhi kemampuan motorik penderitanya. Seseorang yang mengidap gangguan ini akan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan-kegiatan fisik, seperti berjalan cepat dan menangkap bola.

 

Pengobatan Sindrom Asperger

 

Faktanya, belum ada metode pengobatan yang dapat menyembuhkan sindrom Asperger atau autisme. Pengobatan sindrom Asperger yang biasa dilakukan oleh dokter umumnya bertujuan untuk mengendalikan gejala yang dialami penderita. Pengobatan yang dijalani pun bisa jadi berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Hal ini dikarenakan penderita sindrom Asperger memiliki tingkat keparahan dan gejala yang berbeda-beda.

 

Sindrom Asperger perlu ditangani oleh tenaga medis profesional dengan tepat agar dapat membantu penderitanya menjalani aktivitas sehari-hari dan berinteraksi sosial secara optimal. Penanganan yang dimaksud dapat berupa pemberian terapi dan obat-obatan.

 

Dokter akan merekomendasikan pemberian terapi untuk sindrom Asperger dengan mempertimbangkan kondisi penderitanya. Adapun beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk pasien sindrom Asperger adalah sebagai berikut.

 

1. Latihan Kemampuan Sosial

 

Pada sesi terapi grup atau individu, terapis akan mengajarkan pengidap sindrom Asperger untuk berinteraksi dengan orang lain. Selain itu penderita juga akan diajarkan cara berekspresi dengan tepat agar tidak merasa canggung dalam berinteraksi sosial.

 

2.  Terapi Wicara

 

Anak dengan sindrom Asperger juga disarankan untuk mengikuti terapi wicara untuk membantu meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Di sini, anak akan diajarkan bagaimana berkomunikasi dengan baik dan memahami beberapa isyarat sosial seperti gerakan tangan dan kontak mata.

 

3. Terapi Perilaku Kognitif

 

Melalui terapi ini, penderita akan dibantu dalam perubahan cara berpikir sehingga dapat memiliki pengendalian emosi yang lebih baik. Anak pun akan mampu menangani sikap obsesif dan impulsif dengan lebih baik.

 

4. Analisis Perilaku Terapan

 

Analisis perilaku terapan adalah terapi yang berfokus pada peningkatan kemampuan berperilaku dalam kegiatan sehari-hari, seperti keterampilan sosial dan akademis yang meliputi berkomunikasi maupun membaca.

 

Di samping itu, akan dilakukan juga terapi untuk mengoptimalkan keterampilan belajar adaptif, yang meliputi ketangkasan motorik, kebersihan, dan ketepatan waktu. Lamanya terapi analisis perilaku terapan tergantung dari tingkat masalah dan kecepatan pembelajaran masing-masing individu.

 

5. Pelatihan dan Pendidikan untuk Orang Tua

 

Orang tua maupun anggota keluarga lainnya juga perlu mengikuti pelatihan untuk memperoleh wawasan seputar cara berinteraksi sekaligus memperoleh dukungan dalam membesarkan anak dengan sindrom Asperger.

 

6. Mengonsumsi Obat yang Diresepkan oleh Dokter

 

Beberapa jenis obat yang biasa diresepkan oleh dokter untuk membantu menangani gejala sindrom Asperger, seperti depresi dan kecemasan (anxiety), adalah obat antipsikotik, antidepresan dan anticemas