Apa Itu Preeklampsia?

Preeklampsia / Preeclampsia adalah komplikasi kehamilan yang cukup serius yaitu kondisi ketika tekanan darah ibu hamil meningkat disertai adanya protein di dalam urin. Kondisi ini diduga dipicu oleh plasenta janin yang tidak berfungsi atau berkembang dengan baik. Preeklampsia / eklampsia merupakan penyebab kedua setelah perdarahan sebagai penyebab langsung yang spesifik terhadap kematian maternal. Preeklampsia adalah sindrom yang meliputi pengembangan Hipertensi pada paruh kedua kehamilan. Meskipun sering disertai dengan Proteinuria, preeklampsia dapat dikaitkan dengan banyak tanda-tanda dan gejala, termasuk gangguan penglihatan, sakit kepala, nyeri epigastrium dan perkembangan pesat dari edema. Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya Hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan di atas 20 minggu.

Penyebab

Ibu hamil dengan preeklampsia memiliki pembuluh darah yang tidak berfungsi normal, sehingga bentuknya lebih sempit dan merespon sinyal hormonal secara berbeda. Hasilnya, aliran darah yang masuk ke plasenta menjadi terbatas, beberapa penyebab pembuluh darah tidak berfungsi dengan baik adalah sebagai berikut :

1.      Kurangnya aliran darah menuju rahim.

2.      Faktor genetik

3.      Kerusakan pada pembuluh darah.

4.      Masalah pada sistem imun tubuh.

Gejala

1.      Tekanan darah tinggi

2.      Urine mengandung protein

3.      Edema kaki

4.      Nyeri kepala

5.      Mual dan muntah

6.      Nyeri epigastrik

7.      Nyeri bahu dan punggung bawah

8.      Kenaikan berat badan secara drastis

Klasifikasi

1.    Preeklampsia ringan, tekanan darah 140/90 MmHg atau kenaikan diastolik 15 MmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 MmHg atau lebih pada usia kehamilan 20 minggu dengan riwayat tekanan darah sebelumnya normal.

2.    Preeklampsia berat, tekanan darah 160/110 MmHg atau lebih.

Faktor Risiko

1.      Kehamilan pertama

2.      Memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya.

3.      Usia ibu hamil di atas 35 tahun.

4.      Hamil di usia lebih dari 40 tahun atau kurang dari 20 tahun.

5.      Obesitas

6.      Hamil anak kembar.

7.      Hamil dengan jarak kurang dari dua tahun atau lebih dari 10 tahun dari kehamilan sebelumnya.

8.      Memiliki riwayat tekanan darah tinggi, Diabetes tipe 1 dan 2, lupus, dan masalah ginjal.

9.      Gangguan autoimun

10.   Kehamilan hasil dari inseminasi buatan atau bayi tabung.

11.   Faktor genetik

12.   Gangguan pembuluh darah.

Pemeriksaan

Kondisi ini disadari saat melakukan pemeriksaan antenatal care yaitu dokter memeriksa kenaikan berat badan, urin dan tekanan darah pada ibu hamil. Apabila dokter mencurigai adanya preeklampsia, maka akan dilakukan beberapa pemeriksaan lanjutan seperti :

1.    Tes darah untuk memeriksa fungsi hati dan ginjal.

2.    Pengambilan sampel urine 24 jam untuk mendeteksi adanya protein dalam urine.

3.    USG (Ultrasonografi) untuk memeriksa pertumbuhan bayi dan volume cairan ketuban.

4.    USG Doppler untuk mengevaluasi aliran pembuluh darah pada plasenta.

Ibu hamil dikatakan positif preeklampsia apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg disertai dengan sejumlah kondisi berikut :

1.      Ditemukan tanda-tanda kerusakan pada organ ginjal dan hati.

2.      Adanya penumpukan cairan di paru-paru.

3.      Adanya gejala neurologis, seperti nyeri kepala, pusing, dan stroke.

4.      Mengalami gangguan penglihatan, misalnya seperti ada bintik-bintik ketika melihat sesuatu atau gangguan visus / tajam penglihatan.

5.      Jumlah trombosit rendah (trombositopenia).

6.      Gangguan pertumbuhan janin.

Penanganan

1.    Tirah baring miring ke satu posisi.

2.    Monitor tanda-tanda vital, refleks, dan DJJ.

3.    Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.

4.    Pemenuhan kebutuhan cairan : jika jumlah urine <30>

5.    Pemberian obat-obatan sedative, anti hyperteensy dan diuretic.

6.    Monitor keadaan janin (Aminoscopy, Ultrasonografi). Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan dengan induksi partus pada usia klehamilan diatas 37 minggu.

Pencegahan

1.    Melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan.

2.    Menjaga berat badan ideal sebelum dan selama kehamilan.

3.    Tidak merokok ataupun mengonsumsi alkohol.

4.    Rutin berolahraga

5.    Menjaga kadar gula darah normal apabila menderita diabetes.

6.    Mengontrol tekanan darah tinggi.

7.    Mengurangi konsumsi makanan tinggi garam.

8.    Mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral untuk ibu hamil sesuai saran dokter.

 

Referensi :

As’ad Azifah Nur. 2019. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil di RSU Anutapura Kota Palu Tahun 2018. Skripsi Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Hartono Ellina. 2022. Hubungan Usia Ibu dan Paritas terhadap Preeklampsia Berat Studi Observasional Analitik pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang.