Apa Itu Popliteal Artery Entrapment Syndrome

Popliteal Artery Entrapment Syndrome (PAES) adalah suatu sindroma yang muncul akibat kompresi arteri poplitea yang terletak di belakang lutut. Kompresi ini akibat variasi anatomi yang tidak normal antara pembuluh darah dan struktur otot dan sendi di sekitarnya. Apabila area sekitar berkontraksi saat beraktivitas maka juga dapat menimbulkan penekanan pada saraf tibia. Popliteal Artery Entrapment Syndrome (PAES) adalah kelainan langka ketika pembuluh darah di belakang lutut terjepit akibat otot betis yang membesar atau posisinya tidak normal. Kondisi ini umumnya dialami oleh atlet. Arteri poplitea adalah pembuluh darah besar di belakang lutut yang berfungsi untuk menyalurkan darah ke tungkai dan kaki. Jika pembuluh darah ini terjepit, suplai darah ke tungkai dapat terhambat. Akibatnya, timbul nyeri, kram, dan mati rasa di betis maupun kaki, terutama saat berolahraga. PAES perlu segera ditangani untuk mencegah kerusakan tungkai, pembentukan gumpalan darah, dan risiko amputasi.

Penyebab PAES

1.      Penyebab Anatomi

Penyebab anatomi disebabkan oleh adanya variasi anatomi. Variasi anatomi ini terbagi menjadi 5 (lima) tipe. Kondisi PAES anatomi akan berkembang seiring waktu oleh karena olahraga dan aktivitas. Biasanya ini merupakan kelainan bawaan yang diderita sejak lahir dimana otot betis tidak berkembang secara normal sehingga dapat mengganggu pembuluh darah.

2.      Penyebab Fungsional

Penyebab fungsional biasa muncul pada atlet muda oleh karena adanya pembesaran otot sekitar arteri popliteal karena olahraga secara berlebihan atau latihan angkat beban yang ekstrem. Pembesaran otot betis tersebut bisa merusak, menjepit, atau menimbulkan luka pada arteri poplitea. Kerusakan dan jepitan tersebut dapat menyumbat aliran darah atau menimbulkan gumpalan darah. Olahraga yang lebih berisiko menimbulkan PAES antara lain sepakbola, futsal, dan rugby.

PAES lebih berisiko terjadi pada orang dengan kondisi berikut :

1.      Berusia 15-25 tahun.

2.      Berjenis kelamin laki-laki.

3.      Berprofesi sebagai atlet, terutama pelari, pemain sepak bola, dan balap sepeda.

4.      Sering melakukan latihan beban.

Gejala PAES

Gejala utama PAES adalah nyeri atau kram di betis yang timbul ketika berolahraga dan mereda saat beristirahat. Selain itu, penderita PAES dapat mengalami keluhan berikut :

1.      Kaki terasa dingin setelah berolahraga.

2.      Kesemutan atau sensasi panas pada otot betis.

3.      Mati rasa di betis.

Jika ada pembuluh darah kecil yang juga terjepit otot betis, gejala yang dapat muncul meliputi :

1.      Kaki terasa berat.

2.      Betis membengkak

3.      Kaki kram pada malam hari.

4.      Kulit betis berubah warna.

Kapan Harus Ke Dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala di atas, terutama jika Anda berprofesi sebagai atlet atau sering berolahraga berat. Segera cari pertolongan medis di IGD jika betis bengkak dan nyeri, tidak dapat berjalan, serta kaki berubah warna menjadi pucat atau lebih gelap.

Pemeriksaan PAES

Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien, dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik dengan meraba betis yang bermasalah.

Setelah itu, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang di bawah ini untuk memastikan diagnosis PAES :

1.      Ankle Brachial Index (ABI), untuk membandingkan tekanan darah di lengan dan pergelangan kaki saat dan setelah berjalan di treadmill. Normalnya, tekanan darah kaki lebih tinggi daripada lengan. Akan tetapi, pada penderita PAES, tekanan darah kaki yang terkena akan menurun ketika beraktivitas.

2.      USG Duplex, untuk mengukur seberapa cepat sirkulasi darah tungkai dan kaki ketika beristirahat dan berjalan.

3.      MRA dan CT angiografi, untuk menilai seberapa parah penyempitan arteri poplitea.

4.      Angiografi dengan kateter, yaitu melihat kondisi arteri poplitea dengan selang kecil berkamera. Prosedur ini dilakukan jika tes lain tidak menunjukkan hasil yang jelas.

Penanganan PAES

PAES dapat diobati dengan suntik botox atau operasi, yang disesuaikan dengan tingkat kerusakan atau gangguan yang ditimbulkan.

1.      Suntik botox

Suntik botox diberikan secara langsung ke otot yang menekan pembuluh darah. Pada prosedur ini, dokter juga akan melakukan USG atau CT scan agar lokasi suntikan tepat. Meski efektif mengecilkan otot, pengobatan ini hanya berefek sementara, yaitu sekitar 3-6 bulan.

2.      Operasi

Operasi adalah pilihan utama untuk mengatasi PAES. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat atau memperbaiki posisi sebagian otot betis yang menekan pembuluh darah. Dokter juga dapat membersihkan pembuluh darah belakang lutut atau melakukan operasi bypass untuk memulihkan aliran darah di area kaki yang terkena.

Setelah pengobatan PAES, pasien harus menjalani kontrol rutin agar kondisinya bisa terpantau.

Komplikasi PAES

Jika tidak ditangani, PAES dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti :

1.      Penyempitan arteri poplitea makin parah sehingga menyebabkan nyeri tungkai berkepanjangan, bahkan ketika berjalan.

2.      Deep Vein Thrombosis (DVT).

3.      Aneurisma pembuluh darah kaki.

4.      Kerusakan pada saraf dan otot kaki.

5.      Amputasi kaki

 

Referensi :

Hislop M, Kennedy D, Cramp B, Dhupelia S. 2014. Functional Popliteal Artery Entrapment Syndrome : Poorly Understood and Frequently Missed? A Review of Clinical Features, Appropriate Investigations, and Treatment Options. Journal of Sports Medicine.

Saa, L., Firouzbakht, P., & Otahbachi, M. 2019. A Case of Overlooked Popliteal Artery Entrapment Syndrome. Cureus, 11(3).

National Institute of Health. 2022. National Library of Medicine. Popliteal Artery Entrapment Syndrome.

Cleveland Clinic. 2022. Disease & Conditions. Popliteal Artery Entrapment Syndrome (PAES).

Mayo Clinic. 2022. Diseases & Conditions. Popliteal Artery Entrapment Syndrome.

Johns Hopkins Medicine. 2023. Conditions and Diseases. Popliteal Artery Entrapment Syndrome (PAES).