Apa Itu Penyakit Sapi Gila

Otak sapi merupakan salah satu bagian sapi yang nikmat dikonsumsi kususnya di Indonesia. Namun, mengonsumsi otak sapi yang terkontaminasi dapat menyebabkan penyakit. Salah satunya adalah penyakit sapi gila. Penyakit sapi gila merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) sapi. Dalam istilah medis, penyakit sapi gila disebut juga Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE). Disebut penyakit sapi gila karena sapi yang terkena penyakit ini cenderung bersikap agresif dan mengamuk. Sementara itu, penyakit sapi gila yang menyerang manusia disebut dengan variant Creutzfeldt-Jakob (vCJD). Variant Creutzfeldt-Jakob (vCJD) merupakan kelainan otak degeneratif menyebabkan demensia hingga berujung pada kematian. Manusia dapat mengalami penyakit ini jika mengonsumsi otak atau sumsum tulang sapi yang terjangkit penyakit sapi gila atau BSE. Penyakit ini disertai dengan penurunan fungsi saraf secara bertahap dari waktu ke waktu. Hingga saat ini, masih belum ada bukti bahwa penyakit ini dapat menular melalui daging ataupun susu sapi. Hingga saat ini masa inkubasi penyakit sapi gila masih belum diketahui secara pasti. Masa inkubasi merupakan jeda waktu yang diperlukan oleh penyakit ini dari penularan hingga menimbulkan gejala. Gejala penyakit sapi gila bisa muncul bertahun-tahun setelah penderita mengonsumsi otak atau sumsum tulang sapi yang terkontaminasi.

Penyebab Penyakit Sapi Gila

Penyakit sapi gila terjadi ketika protein di otak sapi terinfeksi. Seseorang bisa tertular penyakit sapi gila melalui beberapa cara, antara lain :

1.      Mengonsumsi daging sapi yang terinfeksi BSE.

2.      Menerima donor darah atau organ tubuh dari penderita penyakit sapi gila.

3.      Terluka akibat jarum atau alat bedah yang tidak disterilkan terlebih dahulu setelah digunakan pada penderita penyakit sapi gila.

Gejala Penyakit Sapi Gila

Pada tahap awal, penyakit sapi gila memengaruhi emosi dan perilaku penderitanya. Penderita sering kali merasa cemas, depresi, dan mengalami gangguan tidur. Empat bulan kemudian, penderita akan mengalami gangguan sistem saraf yang memburuk secara bertahap dan disertai gejala-gejala berikut:

1.      Gerakan otot yang tidak terkendali.

2.      Tremor

3.      Hilangnya koordinasi antaranggota tubuh (ataksia).

4.      Penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir (demensia).

Pemeriksaan Penyakit Sapi Gila

Sebenarnya, penyakit sapi gila hanya dapat dipastikan melalui pemeriksaan jaringan otak setelah pasien meninggal dunia. Namun, beberapa pemeriksaan penunjang di bawah ini dapat membantu dokter mengetahui penyakit sapi gila dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain :

1.      MRI otak, untuk mendapat gambaran detail kondisi otak pasien.

2.      Elektroensefalografi (EEG), untuk mendeteksi aktivitas listrik otak yang tidak normal pada otak pasien.

3.      Lumbal pungsi, untuk mengetahui keberadaan protein penyebab penyakit sapi gila di cairan otak dan tulang belakang pasien.

Penanganan Penyakit Sapi Gila

Sampai saat ini, tidak ada metode yang mampu menyembuhkan atau menghentikan perkembangan penyakit sapi gila. Akan tetapi, dokter akan memberikan sejumlah obat untuk meredakan gejala yang dialami pasien, antara lain :

1.      Obat pereda nyeri.

2.      Antidepresan untuk mengatasi cemas dan depresi.

3.      Clonazepam dan sodium valproate untuk meredakan tremor dan gerak tubuh yang tidak terkendali.

Bila pasien sudah memasuki tahap akhir penyakit sapi gila, dokter akan memberikan asupan makanan dan cairan melalui infus.

Pencegahan Penyakit Sapi Gila

Cara yang paling efektif untuk mencegah serangan penyakit sapi gila adalah dengan tidak mengonsumsi daging sapi yang berasal dari negara yang sedang banyak terjadi penyakit sapi gila. Lakukan langkah pencegahan yang sama ketika Anda pergi ke wilayah yang sedang banyak kasus penyakit sapi gila.

Langkah pencegahan lain adalah dengan tidak menerima donor darah atau organ dari seseorang yang menunjukkan gejala penyakit sapi gila.

Perlu diketahui, belum ada laporan mengenai penularan sapi gila dari mengonsumsi susu dari sapi yang terinfeksi BSE. Belum ada juga laporan penularan penyakit ini melalui ciuman, pelukan, atau hubungan seksual.

 

Referensi :

Ernawati Budi Kidarsa. 2014. Penyakit Sapi Gila. Jurnal Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta.

Sun, B., & Forrester, J. 2022. Prevention of Creutzfeldt Jakob Disease in Patients Undergoing Surgery. JAMA Network Open, 5(3), pp. 1-11.

Hermann, P., et al. 2021. Biomarkers and Diagnostic Guidelines for Sporadic Creutzfeldt-Jakob Disease. The Lancet Neurology, 20(3), pp. 235-46.

Winarsih, W. 2018. Penyakit Ternak yang Perlu Diwaspadai Terkait Keamanan Pangan. Cakrawala, 12(2), pp. 208-21.

Winarsih, W. 2018. Penyakit Ternak yang Perlu Diwaspadai Terkait Keamanan Pangan. Cakrawala, 12(2), pp. 208-21.

Centers for Disease Control and Prevention CDC. 2021. U.S. Department of Health & Human Services. Variant Creutzfeldt-Jakob Disease (vCJD). Risk for Travelers.

Stöppler, M. EmedicineHealth. 2021. Mad Cow Disease and Variant Creutzfeldt-Jakob Disease.

Stöppler, M. MedicineNet. 2020. Variant Creutzfeldt-Jakob Disease : Symptoms & Signs.