Apa itu Midlife Crisis? Penyebab, Gejala, & Cara Menghadapinya

Krisis paruh baya atau midlife crisis adalah kondisi mental yang kerap dialami seseorang ketika memasuki usia 40–50 tahun yang ditandai dengan perasaan khawatir dan takut dengan kenyataan bahwa hidup mereka sudah semakin mendekati masa tua. Agar tidak memengaruhi kualitas hidup, penting untuk menghadapi midlife crisis sebaik mungkin, seperti dengan memanfaatkan waktu untuk menyenangkan diri sendiri atau merencanakan hidup secara bertahap.

 

Mari kenali penyebab hingga cara menghadapi midlife crisis selengkapnya melalui pembahasan berikut.

 

Apa itu Midlife Crisis?

 

Krisis paruh baya atau midlife crisis adalah istilah yang menggambarkan kondisi mental seseorang saat mengalami perubahan hidup karena telah memasuki usia paruh baya. Istilah ini dikenalkan oleh seorang psikoanalisis bernama Elliot Jacques pada tahun 1965.

 

Saat mengalami midlife crisis, seseorang cenderung mulai mengevaluasi diri karena telah menyadari bahwa sisa usianya sudah semakin terbatas dan merasa kurang produktif bila dibandingkan dengan usia sebelumnya. Namun, perlu dipahami bahwa tidak semua individu akan mengalami krisis paruh baya ini.

 

Midlife crisis adalah kondisi yang berbeda dengan quarter life crisis. Bila midlife crisis dialami oleh orang paruh baya berusia 40–50 tahun, quarter life crisis dapat terjadi saat seseorang memasuki usia 18–30 tahun. Meski begitu, dua kondisi ini dapat menimbulkan gejala yang serupa, yaitu perasaan khawatir, bingung, dan takut dengan kelanjutan hidupnya.

 

Penyebab Midlife Crisis

 

Penyebab midlife crisis dapat berbeda-beda pada setiap individu. Namun, secara umum, midlife crisis adalah kondisi yang bisa terjadi karena ketidaksiapan seseorang untuk menghadapi usia tua. Di samping itu, sejumlah faktor yang bisa memicu seseorang mengalami midlife crisis adalah sebagai berikut:

  • Stigma masyarakat mengenai proses penuaan.

  • Rasa takut akan kematian.

  • Perubahan pada perjalanan kariernya.

  • Perubahan keamanan finansial.

  • Merasa bahwa hidup yang dijalaninya tidak sesuai dengan harapan.

  • Penurunan kesehatan dan kemampuan fisik.

  • Perubahan hubungan dengan orang di sekitarnya. Seperti pada kasus perceraian atau merasa ditinggalkan anak yang sudah berumah tangga maupun memutuskan hidup mandiri.

 

Gejala Midlife Crisis

 

Krisis paruh baya dapat memicu perasaan cemas dan khawatir akan perubahan di dalam hidupnya. Di samping itu, sejumlah gejala umum dari midlife crisis adalah:

  • Merasa kehilangan tujuan hidup.

  • Menurunnya kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup.

  • Merasa frustrasi dengan perubahan tanggung jawab dan perannya.

  • Merasa bosan dengan hubungan atau perjalanan karier.

  • Selalu memikirkan tentang makna hidup atau kematian.

  • Perubahan suasana hati, seperti mudah tersinggung, marah, atau sedih, yang dapat memengaruhi hubungan dengan orang sekitar.

  • Tidak dapat memusatkan fokus dan konsentrasi saat bekerja atau melakukan aktivitas sehari-hari.

  • Kehilangan minat pada hobi atau aktivitas yang biasa dilakukan.

  • Merasa khawatir tentang penampilan diri dan terus memikirkan bagaimana pandangan orang terhadapnya.

 

Pengaruh Midlife Crisis pada Kehidupan Sehari-Hari

 

Pada dasarnya, midlife crisis adalah kondisi yang mampu memberikan pengaruh baik pada masing-masing individu jika ditanggapi secara positif. Sebab, kondisi ini dapat mendorong seseorang untuk merencanakan kehidupan ke depannya agar menjadi lebih baik lagi.

 

Namun, apabila tidak dihadapi dengan bijak, midlife crisis justru bisa memengaruhi kualitas hidup hingga menyebabkan berbagai gangguan kesehatan mental, seperti stres dan depresi. Adapun penjelasan lengkap dari pengaruh midlife crisis adalah sebagai berikut:

 

1. Terobsesi dengan Penampilan

 

Karena perubahan fisik yang terjadi akibat proses penuaan, seseorang yang mengalami midlife crisis cenderung lebih terobsesi dengan penampilan agar tetap terlihat muda. Kondisi ini kerap menyebabkan seseorang memilih pakaian yang tidak sesuai dengan usianya hingga menjalani prosedur kecantikan tertentu.

 

2. Merasa Tidak Puas dengan Hubungan yang Dijalani

 

Midlife crisis dapat membuat seseorang merasa tidak puas dengan hubungannya pada saat itu. Bahkan, kondisi ini mungkin saja membuat mereka kehilangan gairah untuk melakukan hubungan intim dengan pasangannya atau mengubah ketertarikan seksualnya secara drastis, seperti tertarik untuk berhubungan seksual dengan sesama jenis.

 

Selain memengaruhi hubungan sosial, midlife crisis juga bisa menyebabkan seseorang merasa tidak puas dengan perjalanan kariernya. Kondisi ini dapat memicu seseorang untuk keluar dari pekerjaannya yang telah ditekuni sejak lama.

 

3. Stres dan Depresi

 

Salah satu pengaruh midlife crisis yang perlu diwaspadai adalah dapat menimbulkan masalah kesehatan mental, seperti stres, gangguan cemas, hingga depresi. Bahkan, jika tidak ditangani dengan bijak, kondisi tersebut dapat memicu seseorang untuk melakukan hal-hal yang tidak baik, seperti menyalahgunakan NAPZA, konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, dan lain-lain.

 

Cara Menghadapi Midlife Crisis

 

Agar tidak menimbulkan pengaruh buruk pada kualitas hidup, terdapat sejumlah cara menghadapi midlife crisis yang bisa dilakukan, di antaranya:

  • Belajar untuk menerima kondisi dan tidak menyalahkan diri sendiri terhadap keputusan yang telah diambil.

  • Memanfaatkan waktu untuk merencanakan hidup ke depan.

  • Menghabiskan sebagian waktu untuk menenangkan diri dan refreshing dengan cara melakukan hobi atau berlibur dan menikmati keindahan alam.

  • Meluapkan emosi dengan bijak, seperti bercerita pada kerabat dekat yang dianggap bijaksana dan dapat memberi nasihat serta dukungan positif, menulis jurnal harian, dan lain-lain.

  • Mulai mengambil langkah untuk menuju masa depan yang baru, seperti mengikuti kelas keterampilan tertentu atau membuka bisnis baru.