Apa itu Manajemen difficult airway

Manajemen difficult airway merupakan aspek penting dari anestesi dan penanganan kedaruratan. Keadaan difficult airway mengacu pada ketidakmampuan untuk membangun atau mempertahankan jalan napas paten, yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan parah dan bahkan kematian. Penyebab sulitnya manajemen jalan napas mulai dari kelainan anatomi, trauma, obesitas, atau peradangan. Penelitian yang dilakukan oleh Zeng dkk. sejak Mei 2011 hingga Oktober 2013 didapatkan 885 (2,3%) dari 37.805 pasien yang menjalani anestesi umum dan intervensi saluran napas mengalami kesulitan pengelolaan jalan napas (Zeng dkk, 2018). Pengelolaan difficult airway memerlukan pendekatan sistematis yang melibatkan penilaian, perencanaan, dan pelaksanaan yang cermat. Penggunaan perangkat jalan napas canggih seperti video laringoskopi dan fiberoptik bronkoskopi telah secara signifikan meningkatkan tingkat keberhasilan intubasi pada pasien dengan difficult airway.

Intubasi fiberoptik adalah teknik yang digunakan untuk menjaga jalan napas pada pasien dengan difficult airway. Prosedur ini melibatkan penggunaan teropong fiberoptik yang fleksibel, yang memungkinkan visualisasi jalan napas dan penempatan pipa endotrakeal. Penggunaan intubasi fiberoptik menjadi semakin populer karena tingkat keberhasilannya yang tinggi dan insiden komplikasi yang rendah. Hal ini sangat berguna pada pasien dengan kelainan anatomi atau pada pasien yang sebelumnya gagal dalam teknik intubasi tradisional. Salah satu kasus di mana intubasi fiberoptik terbukti sangat berguna adalah pada pasien dengan pembukaan mulut yang terbatas, mobilitas leher, atau anatomi yang berubah. Dalam kasus seperti itu, laringoskopi langsung tradisional mungkin tidak dapat dilakukan, dan teknik alternatif seperti intubasi nasal secara buta atau intubasi retrograde mungkin diperlukan. Namun, teknik ini bisa memakan waktu dan memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi. Intubasi fiberoptik menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan teknik alternatif ini. Hal ini memungkinkan untuk visualisasi langsung jalan napas dan penempatan pipa endotrakeal yang tepat di bawah penglihatan langsung. Ini juga mengurangi risiko trauma pada struktur saluran napas selama intubasi. Salah satu keuntungan dari intubasi fiberoptik adalah prosedur ini dapat dilakukan dengan anestesi lokal, mengurangi kebutuhan anestesi umum dan meminimalkan risiko terkait tindakan anestesi. Selain itu, ini memungkinkan pemantauan tingkat saturasi oksigen secara terus menerus selama prosedur berlangsung. Terlepas dari manfaatnya, intubasi fiberoptik memerlukan pelatihan dan peralatan khusus. Pemilihan dan persiapan pasien yang tepat juga penting untuk memastikan keberhasilan. Intubasi fiberoptik adalah alat yang berharga dalam pengelolaan difficult airway. Penggunaannya dapat secara signifikan meningkatkan hasil pasien dengan mengurangi komplikasi yang terkait dengan teknik alternatif sambil memberikan penempatan pipa endotrakeal yang akurat di bawah penglihatan langsung.

 

Referensi:

Zeng Z, Tay WC, Saito T, Thinn KK, Liu EH (2018) Difficult Airway Management during Anesthesia: A Review of the Incidence and Solutions. J Anaesthesiol Crit Care. Vol 1 No.1:5

Butterworth IV J.F., & Mackey D.C., & Wasnick J.D.(Eds.), (2022). Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology, 7e. McGraw Hill.

Collins SR, Blank RS. Fiberoptic intubation: an overview and update. Respir Care. 2014 Jun;59(6):865-78; discussion 878-80. doi: 10.4187/respcare.03012. PMID: 24891196.

Jolin Wong. Fibreoptic intubation in airway management: a review article Singapore Med J 2019; 60(3): 110-118. doi: https://doi.org/10.11622/smedj.2018081