Apa itu Kejang Tonik-Klonik? Penyebab, Gejala, & Cara Mengobatinya

Kejang tonik-klonik adalah jenis kejang yang paling umum terjadi dan sering kali dikaitkan dengan gejala epilepsi (ayan). Kondisi ini ditandai dengan serangkaian gejala yang terdiri dari dua fase, yaitu fase tonik dan klonik.

 

Kejang tonic-clonic atau disebut juga kejang grand mal bisa disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti stroke, cedera kepala, tumor otak, demam tinggi, atau hikoglikemia (kadar gula darah rendah). Pahami penjelasan selengkapnya dalam artikel berikut ini.

 

Apa itu Kejang Tonik-Klonik (Kejang Grand Mal)?

 

Kejang tonik dan klonik generalisata (umum) adalah jenis kejang yang melibatkan kedua sisi otak dan ditandai dengan penurunan kesadaran serta kontraksi otot hebat. Gejala kejang tonik-klonik ini merupakan kombinasi dari karakteristik kejang tonik yaitu seluruh kondisi tubuh mengalami kekakuan, dan kejang klonik yaitu tubuh menyentak-nyentak secara berirama dan cepat di luar kendali. Kondisi ini terjadi karena adanya aktivitas sinyal listrik di dalam otak yang tidak normal.

 

Jenis kejang ini sering ditemukan pada anak-anak di atas usia dua tahun hingga remaja yang mengidap epilepsi. Kejang tonik-klonik termasuk kondisi medis gawat darurat yang perlu mendapatkan penanganan dengan segera karena berpotensi menyebabkan komplikasi yang membahayakan orang lain dan penderita sendiri.

 

Penyebab Kejang Tonik-Klonik

 

Kejang tonic-clonic terjadi ketika gelombang otak bekerja secara tidak normal. Adapun beberapa kondisi medis yang dapat memicu terjadinya kejang tonic-clonic adalah:

 

  • Malformasi vaskular otak.
  • Stroke.
  • Rendahnya kadar oksigen dalam tubuh.
  • Infeksi atau cedera otak.
  • Demam tinggi.
  • Tumor otak.
  • Rendahnya kadar kalsium, magnesium, dan natrium dalam tubuh.

 

Faktor Risiko Kejang Tonik-Klonik

 

Adapun beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kejang tonic-clonic adalah sebagai berikut:

 

  • Gangguan kesehatan yang memengaruhi keseimbangan elektrolit dalam otak.
  • Mengalami gangguan tidur.
  • Memiliki keluarga dengan riwayat kejang.
  • Mengalami kerusakan otak karena trauma kepala, infeksi otak, dan lain-lain.
  • Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.

 

Gejala Kejang Tonik-Klonik

 

Gejala kejang tonik-klonik terbagi menjadi dua fase, yaitu fase tonik dan fase klonik. Berikut masing-masing penjelasannya.

 

Fase Tonik

 

Pada fase ini, penderita akan kehilangan kesadaran dan seluruh otot tubuh menjadi kaku. Fase ini biasanya hanya berlangsung selama 10–20 detik. Apabila penderitanya sedang berdiri atau duduk, maka kondisi ini dapat menyebabkan penderita terjatuh ke lantai.

 

Selain itu, udara yang dipaksa melewati pita suara dapat membuat penderita mengeluarkan suara seperti tangisan atau rintihan. Kemudian selama fase tonik berlangsung, penderita mungkin menggigit lidahnya atau bagian dalam pipi sehingga dapat menyebabkan keluarnya air liur yang bercampur darah.

 

Fase Klonik

 

Fase ini biasanya berlangsung selama satu sampai tiga menit. Jika kejang tonik-klonik berlangsung selama lebih dari 3 atau 5 menit tanpa penyebab yang jelas, maka dibutuhkan bantuan medis sesegera mungkin. Pada fase klonik ini, otot tubuh secara keseluruhan mengalami kontraksi dan bergerak seperti menyentak-nyentak secara ritmis dan cepat. Beberapa gejala lain yang terjadi pada fase klonik adalah:

 

  • Kehilangan kendali atas kandung kemih atau usus selama atau setelah kejang.
  • Perubahan warna kulit wajah menjadi kebiruan karena kesulitan bernapas atau kejang berlangsung terlalu lama.
  • Mata mendelik.
  • Kesadaran penderita kembali lambat.

 

Setelah kejang selesai, penderita dapat merasa mengantuk, kebingungan, nyeri kepala, mudah tersinggung, atau depresi. Selain itu, penderita biasanya tidak mengingat apa yang terjadi selama serangan kejang berlangsung.

 

Diagnosis Kejang Tonik-Klonik

 

Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan anamnesis atau wawancara medis mengenai gejala, deskripsi, serta durasi kejang yang dialami. Biasanya, dokter akan menanyakan hal-hal tersebut kepada pendamping pasien.

 

Kemudian, penegakkan diagnosis akan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda-tanda dari kelainan atau penyakit yang mungkin dialami penderita dan berpotensi menyebabkan kejang. Pemeriksaan fisik ini meliputi pemeriksaan fungsi neurologis, seperti tes kekuatan dan fungsi otot motorik, fungsi kognitif, dan lain-lain.

 

Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang biasanya diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah:

 

  • Tes darah, untuk menemukan tanda-tanda yang mungkin mengarah ke infeksi, kelainan genetik, kadar gula darah yang tidak normal, ketidakseimbangan elektrolit, dan lain-lain.
  • Tes EEG (electroencephalogram), untuk memantau aktivitas listrik otak.
  • CT scan atau MRI, untuk melihat ada atau tidaknya kelainan pada otak yang dapat memicu terjadinya kejang.
  • Lumbal pungsi, pemeriksaan sampel cairan serebrospinal yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang di laboratorium untuk mendeteksi infeksi pada sistem saraf pusat.
  • Tes SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography), untuk memeriksa aktivitas aliran darah di otak selama pasien mengalami kejang.

 

Pertolongan Pertama pada Kejang Tonik-Klonik

 

Kejang grand mal perlu segera mendapatkan pertolongan pertama. Adapun langkah-langkah pertolongan pertama pada kejang tonik-klonik adalah:

 

  • Memiringkan tubuh penderita kejang secara perlahan.
  • Jangan berusaha menahan dengan paksa gerakan penderita.
  • Memastikan posisi penderita aman dan jauh dari lingkungan atau benda-benda yang berbahaya.
  • Mengganjal kepala penderita kejang dengan benda lunak, misalnya bantal.
  • Melonggarkan kerah baju penderita.
  • Hindari memasukkan benda ke mulut penderita.
  • Memperhatikan gejala kejang.
  • Mencatat waktu mulai kejang dan durasinya.
  • Segera menghubungi petugas medis.

 

Komplikasi Kejang Tonik-Klonik

 

Terdapat beberapa kondisi berbahaya yang dapat mengancam penderita kejang tonik-klonik. Namun, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa beberapa komplikasi di bawah ini juga dapat diakibatkan oleh obat-obatan yang dikonsumsi penderita untuk mengendalikan kejang tonik-klonik. Komplikasi tersebut antara lain:

 

  • Terjatuh dan menyebabkan cedera di kepala hingga patah tulang.
  • Tenggelam saat berenang.
  • Mengalami kecelakaan saat mengendarai kendaraan.
  • Komplikasi kehamilan.
  • Gangguan kesehatan mental.

 

Pengobatan Kejang Tonik-klonik

 

Beberapa pilihan pengobatan untuk kejang tonic-clonic atau kejang grand mal adalah sebagai berikut:

 

1. Mengonsumsi Obat-obatan

 

Pada sebagian besar kasus, dokter akan memberikan resep obat antikejang seperti carbamazepine, fenitoin, asam valproat, lamotrigine, gabapentin, fenobarbital, atau topiramate. Biasanya, dokter hanya akan meresepkan satu jenis obat antikejang saja. Namun, dokter mungkin akan menggunakan kombinasi obat apabila penggunaan satu obat kejang dinilai kurang efektif dalam mengendalikan kejang.

 

2. Operasi

 

Apabila kondisi pasien tidak membaik dengan obat-obatan, maka akan dilakukan operasi untuk memperbaiki aktivitas listrik yang abnormal dengan mengangkat bagian di dalam otak yang bermasalah atau menyebabkan kejang.

 

3. Terapi 

 

Beberapa pilihan terapi lainnya yang biasanya dianjurkan untuk pasien kejang grand mal adalah:

 

  • Stimulasi saraf vagus, rangsangan pada saraf vagus di leher untuk mengirimkan sinyal ke otak guna menghambat kejang. Tindakan ini memanfaatkan suatu alat yang ditanamkan di bawah kulit dada penderita.
  • Neurostimulasi responsif, untuk mendeteksi aktivitas kejang dan menyampaikan rangsangan listrik ke area yang menyebabkan kejang. Alat yang digunakan pada metode ini ditanamkan di permukaan atau dalam jaringan otak.
  • Stimulasi otak dalam atau deep brain stimulation (DBS), pemasangan elektroda di dalam otak yang terhubung dengan perangkat stimulasi atau pacemaker (terletak di bawah kulit dada bagian atas) menggunakan kawat (wire) halus. Tujuannya yaitu menghantarkan stimulus untuk mengatur aktivitas listrik otak yang tidak normal.

 

4. Diet Keto

 

Dokter juga dapat menyarankan pasien untuk menjalani diet keto. Namun, selama program diet ini berlangsung, diperlukan pengawasan ketat dari dokter maupun ahli gizi.

 

Pencegahan Kejang Tonik-Klonik

 

Tidak ada langkah pasti dalam pencegahan kejang tonik-klonik. Namun, beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko kambuhnya kejang adalah:

 

  • Menghindari risiko cedera otak traumatis, seperti menggunakan sabuk pengaman saat berkendara menggunakan mobil dan menggunakan helm atau pelindung kepala saat mengendarai sepeda motor.
  • Mengurangi faktor risiko stroke dengan menerapkan pola hidup sehat guna menjaga kadar kolesterol dan tekanan darah.
  • Menjaga kebersihan guna menghindari infeksi kuman yang dapat menyebabkan kejang.
  • Rutin melakukan konsultasi kandungan bagi ibu hamil.
  • Memastikan anak memperoleh imunisasi dasar lengkap untuk meningkatkan imunitas tubuh, sehingga terhindar dari risiko terserang penyakit saraf.