Apa itu Kejang Absans? Penyebab, Gejala, & Cara Mengobatinya

Absence seizure atau kejang absans adalah jenis kejang yang umum terjadi pada anak-anak. Kondisi yang juga dikenal dengan sebutan petit mal ini biasanya dimulai pada usia anak-anak dan remaja, meskipun kadang-kadang juga dapat terjadi pada orang dewasa.

 

Absence seizure ditandai oleh hilangnya kesadaran yang berlangsung singkat dan tiba-tiba, biasanya hanya berlangsung selama kurang dari 15 detik. Selama absence seizure berlangsung, seseorang mungkin terlihat seperti sedang menatap kosong dan tidak responsif.

 

Mari pahami lebih lanjut mengenai penyebab, gejala, dan cara menangani kejang absans di sini.

 

Apa itu Kejang Absans (Absence Seizure)?

 

Absence seizure atau kejang absans adalah kejang yang ditandai dengan gejala seperti menatap kosong selama beberapa detik ketika kejang terjadi. Kondisi ini paling sering dialami oleh anak-anak usia 4–14 tahun. Meski hanya berlangsung dalam waktu singkat, kejang absans dapat terjadi berulang kali dalam sehari.

 

Bahkan, pada beberapa kasus, penderita kejang absans bisa mengalami kejang sebanyak 10 kali dalam sehari, bahkan ratusan kali. Sayangnya, kondisi ini sering kali tidak langsung disadari karena gejalanya hanya berupa bengong atau tatapan kosong. Kejang ini merupakan bagian dari penyakit epilepsi, sehingga membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat.

 

Penyebab Kejang Absans

 

Meski lebih dikenal sebagai kejang pada anak, namun kondisi ini juga bisa dialami oleh orang dewasa. Sayangnya, hingga kini belum diketahui secara pasti apa penyebab absence seizure. Namun, kondisi ini dipercaya dapat terjadi karena faktor genetik yang memengaruhi aktivitas listrik di otak. Selain faktor genetik, jenis kelamin perempuan juga lebih berisiko tinggi terkena kejang absans dibandingkan laki-laki.

 

Gejala Absence Seizure (Kejang Absans)

 

Sejumlah gejala yang muncul dan menandakan terjadinya kejang absans adalah sebagai berikut:

 

  • Tiba-tiba menghentikan pembicaraan di tengah kalimat.
  • Kelopak mata membesar.
  • Membuat gerakan tangan secara tiba-tiba.
  • Tiba-tiba terdiam atau tidak bergerak di tempat tanpa terjatuh.
  • Posisi tubuh condong ke depan atau belakang.
  • Pandangan mata kosong.
  • Membuka dan menutup mulut dengan suara kencang.
  • Bisa kembali melakukan aktivitas dengan normal setelah kejang berakhir.

 

Gejala-gejala tersebut terkadang hanya diartikan sebagai perilaku anak-anak normal yang sedang bertingkah, sehingga orang tua tidak menyadari kondisi ini. Padahal, absence seizure dapat membahayakan anak karena membuat penderitanya tidak sadar dengan situasi di sekitarnya, bahkan tidak merasakan sentuhan atau mendengar suara.

 

Diagnosis Kejang Absans

 

Absence seizure sering kali telat disadari karena gejalanya yang tidak terlihat begitu jelas. Apabila dicurigai sebagai absence seizure, dokter perlu melakukan pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) untuk memeriksa apakah ada abnormalitas pada aktivitas listrik di dalam otak.

 

Di samping itu, guna menyingkirkan kemungkinan kondisi medis lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya absence seizure, maka dokter akan melakukan pemeriksaan darah, MRI atau CT Scan, dan pemeriksaan pungsi lumbal (pemeriksaan cairan otak) untuk mengonfirmasi diagnosis lebih lanjut.

 

Penanganan Kejang Absans

 

Kondisi ini mungkin akan berpengaruh cukup besar dalam aktivitas sehari-hari anak apabila tidak segera ditangani. Itulah mengapa absence seizure perlu segera mendapatkan penanganan dari dokter secara tepat. Pengobatan utama untuk kejang absans adalah pemberian obat anti kejang seperti ethosuximide, lamotrigine, dan asam valproat.

 

Namun, karena dapat menimbulkan risiko efek samping yang bervariasi, obat-obatan tersebut harus dikonsumsi di bawah pengawasan dokter spesialis saraf. Jadi, penderita absence seizure perlu melakukan kontrol secara rutin ke dokter.

 

Jenis obat antikejang yang sering digunakan di Indonesia adalah asam valproat. Jenis obat ini perlu dikonsumsi dalam jangka waktu lama (setidaknya dua tahun). Apabila frekuensi kejang sudah menurun secara signifikan atau tidak muncul sama sekali, maka dokter mungkin akan mengurangi dosisnya.

 

Selain itu, penting diingat bahwa anak perempuan yang memerlukan pengobatan dengan asam valproat hingga dewasa, perlu berdiskusi dengan dokter mengenai potensi risiko efek samping asam valproat pada kehamilan, yaitu cacat lahir pada bayi.

 

Pencegahan Kejang Absans

 

Pada dasarnya, tidak ada cara yang bisa dilakukan untuk mencegah absence seizure, mengingat bahwa faktor genetik, usia, dan jenis kelamin berperan besar dalam hal ini. Namun, penderita dapat mencegah terjadinya serangan kejang sewaktu-waktu dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti:

 

  • Tidur yang cukup kurang lebih 7–9 jam setiap hari.
  • Mengonsumsi makanan tinggi serat.
  • Mengelola stres bagi orang dewasa.
  • Mengonsumsi obat secara rutin sesuai anjuran dokter.