Apa itu Gangguan Kepribadian Ganda? Penyebab, Gejala, & Cara Mengobatinya

Gangguan kepribadian ganda adalah kondisi psikologis di mana seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian. Dalam bahasa Inggris, istilah tersebut dikenal dengan Dissociative Identity Disorder (DID) atau Multiple Personality Disorder.

 

Informasi seputar kondisi psikologis ini dapat membuka wawasan dan membuat Anda lebih sadar akan isu kesehatan mental. Simak pembahasan seputar gangguan kepribadian ganda mulai dari penyebab, gejala, dan cara mengatasinya di bawah ini.

 

Apa itu Gangguan Kepribadian Ganda (Gangguan Identitas Disosiatif)?

 

Dissociative Identity Disorder atau gangguan kepribadian ganda adalah kelainan pada kondisi mental seseorang di mana ia memiliki dua atau lebih identitas yang berbeda dalam dirinya. Penderita gangguan ini juga dapat merasakan kehadiran dua orang atau lebih yang berbicara atau hidup dalam dirinya seakan-akan seperti dirasuki oleh identitas lain.

 

Setiap kepribadian atau identitas tersebut memiliki nama, latar belakang, karakter, dan ciri-cirinya masing-masing, dan dapat mengambil alih kontrol tingkah laku penderitanya.

 

Karena itu, seseorang yang menderita gangguan disosiatif cenderung mengalami memory gap. Perbedaan kepribadian yang dimiliki tersebut juga dapat membuat penderita DID terlihat seperti orang yang berbeda dari satu momen ke momen lainnya. Di mana, setiap identitas juga akan memberi reaksi yang berbeda terhadap orang lain di sekitarnya.

 

Tercatat sekitar 1,5% dari populasi dunia mengidap DID. Namun, tidak seperti penyakit yang menyerang fisik, DID adalah gangguan mental yang tidak bisa didiagnosis lewat tes lab. Jadi, dibutuhkan penilaian (assessment) ganda untuk menegakkan diagnosis yang akurat.

 

Penyebab Gangguan Kepribadian Ganda

 

Hingga saat ini, masih belum diketahui apa penyebab gangguan kepribadian ganda. Namun biasanya, kondisi kelainan mental ini dapat terjadi pada seseorang yang mengalami trauma psikologis, fisik, maupun seksual, atau menderita PTSD pada masa kecilnya. Adapun sejumlah pengalaman traumatis yang disinyalir menjadi penyebab gangguan kepribadian ganda adalah:

 

  • Pelecehan atau kekerasan seksual pada masa kecil.

  • Peristiwa traumatik, seperti perang, konflik keluarga, dan bencana alam.

  • Kekerasan emosional secara verbal atau fisik.

  • Prosedur medis yang dijalani saat masih kecil yang meninggalkan trauma mendalam.

  • Didikan orang tua yang keras.

 

Bisa disimpulkan, kekerasan emosional, seksual, maupun fisik pada masa kecil bisa memicu gangguan disosiatif yang mungkin muncul ketika anak beranjak dewasa sebagai bentuk pelarian diri dari trauma masa kecil.

 

Gejala Gangguan Kepribadian Ganda

 

Penderita gangguan kepribadian ganda adalah seseorang yang memiliki dua atau lebih identitas yang disebut dengan core dan alter. Core adalah kepribadian inti, sedangkan alter adalah kepribadian alternatif yang jumlahnya tidak bisa dipastikan.

 

Alter cenderung memiliki perbedaan yang mencolok antara satu identitas dengan identitas lainnya. Identitas berbeda dalam satu tubuh bisa memiliki jenis kelamin, etnisitas, ketertarikan, dan cara berinteraksi yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

 

Adapun tanda-tanda dan gejala umum yang dapat dilihat pada penderita gangguan kepribadian ganda adalah:

 

  • Kecemasan (anxiety).

  • Delusi.

  • Depresi.

  • Disorientasi.

  • Perasaan seperti terlepas dari diri dan perasaan sendiri.

  • Persepsi terhadap orang-orang dan hal-hal di sekitar seperti terdistorsi atau tidak nyata.

  • Hilang ingatan.

  • Memiliki pikiran untuk bunuh diri.

  • Menyakiti diri sendiri (self-harm).

  • Penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol.

 

Cara Mengatasi Gangguan Kepribadian Ganda

 

Perlu diketahui bahwa tidak ada cara untuk mengobati DID sepenuhnya. Pengobatan gangguan kepribadian ganda umumnya hanya ditujukan untuk meredakan gejala-gejala yang dialami penderita, seperti depresi dan rasa cemas berlebih.

 

Adapun beberapa terapi yang dapat disarankan oleh dokter untuk dijalani oleh penderita DID adalah psikoterapi, terapi perorangan, terapi keluarga, dan terapi grup. Terapi-terapi tersebut dapat membantu penderita untuk:

 

  • Mengidentifikasi dan mengatasi trauma kekerasan di masa lalu.

  • Mengantisipasi perubahan tingkah laku yang dapat terjadi secara tiba-tiba.

  • Menggabungkan identitas-identitas yang terpisah menjadi satu.

 

Selain menyarankan penderita untuk menjalani terapi-terapi di atas, dokter juga dapat meresepkan obat-obatan, seperti obat antidepresan, antipsikotik, atau penenang untuk mengatasi gejala-gejala DID.

 

Penderita pun disarankan untuk menghindari stres guna mengurangi frekuensi identitas alter mengambil alih tubuh dan mengontrol tingkah laku. Adanya support system yang kuat dari keluarga dan teman dekat juga bisa memberi dampak positif terhadap kualitas hidup penderita DID.

 

Sementara itu, sebagai bentuk pencegahan, setiap orang tua diimbau untuk tidak melakukan kekerasan mental dan fisik terhadap anak-anak guna mencegah terjadinya pengalaman traumatis yang bisa memicu gangguan kepribadian ganda.