Apa Itu Fobia dan Cara mengatasinya

Fobia adalah kondisi di mana seseorang mengalami rasa takut yang berlebihan terhadap suatu objek, situasi, atau aktivitas tertentu. Kondisi ini termasuk ke dalam gangguan kecemasan. Apabila dibiarkan begitu saja, kondisi ini berisiko mengganggu kehidupan penderitanya. Maka dari itu, dibutuhkan pemahaman mengenai cara mengatasi fobia agar penderita bisa menjalankan hidupnya dengan normal.

 

Namun, apakah fobia bisa disembuhkan? Perlu diketahui, sebagian besar jenis fobia bisa disembuhkan, tetapi tidak ada satu cara pasti yang bisa mengatasi semua jenis fobia. Jadi, mari simak informasi tentang cara mengatasi fobia selengkapnya di bawah ini.

 

Bagaimana Cara Mengatasi Fobia?

 

Fobia bisa diatasi dengan melatih diri sendiri untuk berani menghadapi objek maupun situasi yang memicu rasa takut. Selain itu, seseorang yang memiliki fobia juga bisa memperoleh bantuan dari tenaga medis profesional apabila perasaan takut berlebih tersebut telah mengganggu kehidupan sehari-hari. Berikut penjelasannya.

 

Cara Mengatasi Fobia secara Mandiri

 

Fobia tidak bisa dihilangkan dalam sekejap. Diperlukan proses yang tidak singkat dan konsistensi agar rasa takut berlebih tersebut bisa hilang sepenuhnya. Adapun beberapa cara yang bisa dicoba secara mandiri untuk mengatasi fobia adalah sebagai berikut:

 

1. Menghadapi Fobia itu Sendiri

 

Fobia dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik berupa objek atau situasi tertentu. Alih-alih menghindarinya, cobalah untuk menghadapinya secara perlahan-lahan. Paparan terhadap sumber fobia secara konstan dapat membantu meredakan rasa cemas dan takut berlebihan, sehingga seiring waktu penderita fobia bisa terlatih menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi ketakutannya.

 

Dengan kendali diri yang kuat, rasa takut yang berlebihan pun akan dapat diatasi. Sebagai contoh, melihat gambar atau video laut dalam secara konstan dapat membantu mengatasi fobia air yang dalam.

 

Jika sudah terbiasa, maka penderita fobia bisa mencoba untuk pergi langsung ke laut ditemani orang terdekat. Lalu, cobalah untuk berendam di air laut yang dangkal terlebih dahulu, atau di pinggir pantai. Kemudian, jika merasa sudah lebih percaya diri, cobalah untuk berenang ke air laut yang lebih dalam secara perlahan-lahan.

 

2. Menenangkan Pikiran dengan Relaksasi

 

Jika rasa takut berlebih tersebut tak kunjung hilang, bahkan setelah menjauhi pemicunya, maka cobalah beberapa langkah relaksasi berikut untuk menenangkan pikiran dan meredakan fobia:

 

  • Duduk atau berdiri dengan tegak. Posisikan satu tangan di atas dada dan satu tangan lainnya di atas perut.

  • Tarik napas dalam secara perlahan melalui hidung selama empat detik.

  • Tahan napas selama tujuh detik.

  • Buang napas melalui mulut pada hitungan kedelapan.

  • Tarik napas kembali dan ulangi langkah-langkah tersebut hingga pikiran menjadi lebih tenang.

 

3. Mencoba Berpikir Positif

 

Fobia bisa membuat seseorang merasa sangat ketakutan. Hal tersebut pun sering kali memunculkan pikiran negatif yang terkadang berlebihan dan tidak rasional. Misalnya, rasa takut terhadap buah melon membuat penderitanya bereaksi histeris ketika melihat buah tersebut. Padahal buah melon sendiri tidak dapat mencelakai seseorang.

 

Untuk membantu mengatasinya, penderita dapat mencoba mengekspos diri secara perlahan dengan melihat gambar-gambar yang lebih positif tentang buah melon.

 

Cara Mengatasi Fobia dengan Bantuan Medis

 

Untuk mengatasi fobia, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan berdasarkan pengawasan dan saran dari dokter seperti:

 

1. Terapi Psikologis

 

Fobia bisa diatasi melalui terapi psikologis yang berkaitan dengan pengendalian perasaan, perilaku, dan pola pikiran. Berikut jenis-jenis terapi psikologis yang biasa disarankan oleh dokter:

 

  • Terapi eksposur: Membantu mengubah cara pikir pengidap fobia terhadap objek atau kondisi yang ditakuti. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki fobia terhadap badut (coulrophobia) diminta untuk melihat foto badut. Kemudian dokter akan meminta pengidap untuk mendeskripsikan perasaan yang muncul saat melihat gambar tersebut.

  • Terapi perilaku kognitif (CBT): Membantu pengidap fobia menghadapi suatu objek atau situasi yang ditakuti dengan mengendalikan pikiran dan emosi. Hal ini dilakukan agar pengidap fobia mampu mengatasi rasa ketakutan dan kecemasan berlebihan yang dipicu oleh objek atau situasi tersebut.

 

2. Obat yang Diresepkan oleh Dokter

 

Meskipun obat-obatan tidak disarankan dalam pengobatan fobia, dokter tetap dapat memberikan beberapa obat untuk mengatasi gejala fobia berat yang sudah mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya seperti kecemasan (anxiety). Namun, perlu diketahui bahwa obat-obatan yang diresepkan akan berbeda tergantung dengan kondisi pengidap fobia. Adapun beberapa macam obat yang biasanya diberikan adalah antidepresan, obat penenang, dan beta blocker.

 

Antidepresan

 

Antidepresan sering diresepkan untuk membantu mengurangi rasa cemas bagi penderita fobia sosial (gangguan kecemasan sosial) atau gangguan panik (panic disorder). Beberapa obat antidepresan yang biasanya diberikan adalah escitalopramsertraline, dan paroxetine. Namun, perlu dipahami bahwa konsumsi obat antidepresan harus sesuai anjuran dokter.

 

Adapun efek samping yang dapat ditimbulkan dari obat-obatan tersebut antara lain sakit perut, mual, sakit kepala, insomnia, dan gangguan fungsi seksual.

 

Obat Penenang

 

Dokter juga dapat meresepkan obat penenang untuk meringankan kondisi anxiety yang dialami pengidap fobia. Obat-obatan seperti valium biasanya diberikan dengan dosis rendah. Sementara itu, konsumsi obat penenang seperti benzodiazepine akan dihentikan secara bertahap untuk menghindari withdrawal syndrome.

 

Beta Blocker

 

Beta blocker umumnya digunakan untuk mengatasi masalah pada jantung dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Beta blocker juga bisa digunakan untuk mengurangi gejala kecemasan seperti palpitasi jantung. Obat ini berfungsi untuk melambatkan detak jantung dan mengurangi tekanan darah. Adapun efek samping yang bisa muncul akibat konsumsi beta blocker yaitu sakit perut, kelelahan, dan kesulitan tidur (insomnia).