Apa itu Erotomania? Gejala, Penyebab dan Pengobatan

Erotomania adalah jenis gangguan kejiwaan yang menyebabkan seseorang meyakini bahwa orang lain menaruh rasa cinta pada dirinya, padahal kenyataannya tidak. Pengidap erotomania sering kali berkeyakinan kuat bahwa orang terkenal, misalnya selebriti, jatuh cinta kepadanya.

 

Fatalnya, mereka tak segan melakukan tindakan yang meresahkan atau mengganggu privasi orang lain, seperti mengirim pesan, membuat panggilan, atau bahkan menguntit. Lantas, bagaimana tanda-tanda seseorang mengalami gangguan perilaku ini? Mari simak penjelasan selengkapnya dalam artikel berikut.

 

Apa itu Erotomania?

 

Erotomania adalah gangguan kejiwaan yang menyebabkan pengidapnya memiliki pemikiran atau keyakinan yang kuat bahwa seseorang sedang jatuh cinta kepadanya, atau ia dan orang tersebut saling mencintai satu sama lain padahal kenyataannya tidak. Bahkan, orang yang menjadi objek delusional tersebut bisa jadi tidak mengenal si penderita.

 

Tak jarang objek delusional dari pengidap erotomania adalah tokoh terkenal atau berkuasa, misalnya selebritis dan politikus. Gangguan ini bisa membuat pengidapnya yakin bahwa ia sedang menjalin hubungan dengan objek delusionalnya tersebut.

 

Pengidap erotomania akan kesulitan menerima fakta yang membuktikan hal sebaliknya bahwa ia sedang tidak menjalin hubungan dengan orang lain ataupun tidak dicintai oleh orang tersebut.

 

Meski erotomania dapat dialami oleh siapa saja, gangguan ini cenderung lebih banyak dialami oleh wanita yang memiliki karakter tertentu, seperti penampilan yang kurang menarik, suka menarik diri dari lingkungannya atau menyendiri, serta jarang berinteraksi dengan lawan jenis di kehidupan nyata.

 

Jika gangguan erotomania ini terjadi pada laki-laki, maka sering kali berujung pada adanya kelakuan-kelakuan yang lebih agresif hingga tindak kekerasan.

 

Penyebab Erotomania

 

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab erotomania. Namun, terdapat dugaan bahwa kondisi ini berkaitan dengan gaya hidup, psikologis, dan faktor lingkungan. Selain itu, erotomania juga diyakini dapat dipengaruhi oleh sejumlah masalah kesehatan mental lainnya, seperti:

 

  • Skizofrenia.
  • Skizoafektif.
  • Penyakit Alzheimer.
  • Gangguan bipolar.
  • Gangguan depresi mayor, dengan gejala psikotik.
  • Gangguan kepribadian, seperti borderline personality disorder.
  • Gangguan kecemasan.
  • Kecanduan obat-obatan atau minum minuman beralkohol.
  • Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa atau bulimia.

 

Media sosial juga bisa menjadi salah satu pemicu atau faktor risiko terjadinya gangguan erotomania. Pasalnya, media sosial mampu mengaburkan batasan antara kehidupan maya dan nyata serta mengurangi privasi seseorang. Sehingga, memungkinkan seseorang untuk melihat aktivitas orang lain.

 

Ada pula anggapan bahwa erotomania adalah kondisi yang timbul sebagai cara seseorang dalam mengatasi stres dan trauma berkepanjangan. Faktor genetik dari keluarga dengan riwayat gangguan delusional juga berpengaruh dalam terjadinya erotomania.

 

Gejala Erotomania

 

Erotomania adalah gangguan kepribadian yang bisa terjadi secara tiba-tiba dengan gejala yang  berlangsung lama. Beberapa tanda yang menunjukkan bahwa seseorang mengalami erotomania adalah:

 

  • Berfantasi tentang beberapa hal yang mungkin terjadi dengan objek delusional, meski terkadang fantasinya tidak masuk akal. Terkadang, delusi ini berkaitan dengan interaksi yang pernah dilakukan bersama.
  • Pada penderita gangguan bipolar, delusi yang dialami biasanya berlangsung lebih lama daripada durasi kambuhnya episode mania.
  • Khayalan yang diciptakan oleh pengidap erotomania biasanya berhubungan dengan masalah yang relevan dan berkaitan dengan aspek-aspek di sekitarnya, sehingga terkesan cukup nyata.
  • Menghabiskan banyak waktu untuk mencari tau dan memikirkan segala hal yang berhubungan dengan objek delusionalnya.
  • Membicarakan objek delusionalnya secara terus-menerus sampai kehilangan minat untuk melakukan aktivitas lainnya.
  • Kesulitan tidur.

 

Pada tahap lebih lanjut, pengidap erotomania juga bisa melakukan beberapa tindakan yang dapat merugikan orang lain, seperti:

 

  • Mengirimkan pesan, hadiah, atau melakukan panggilan telepon dengan objek delusionalnya secara terus-menerus, di mana tindakan ini tentu akan mengganggu kehidupan orang yang menjadi objek delusionalnya.
  • Memiliki keyakinan atas delusi yang dimilikinya, bahkan ia tak segan memberitahukan pada orang lain bahwa ia telah memiliki hubungan istimewa dengan objek delusionalnya.
  • Merasa cemburu ketika objek delusionalnya berdekatan dengan orang lain.
  • Berusaha melakukan penguntitan, komunikasi tertulis, hingga perilaku yang cenderung melecehkan untuk kesenangannya sendiri tanpa memikirkan dampaknya bagi orang lain.

 

Cara Menyembuhkan Erotomania

 

Jika dibiarkan dalam waktu yang lama, erotomania bisa membahayakan karena dapat mendorong pengidapnya untuk melakukan penguntitan, mencoba bertemu dan bicara langsung dengan orang yang dikira mencintainya meski tidak saling kenal, bahkan tak segan melakukan pelecehan.

 

Kondisi ini juga dapat membahayakan pengidapnya. Pasalnya, mereka bisa saja melakukan tindakan yang menyakiti diri sendiri saat berusaha disadarkan bahwa khayalannya selama ini tidak nyata. Itulah sebabnya erotomania harus segera diatasi dan pengidapnya harus berada di bawah pemantauan yang ketat.

 

Adapun beberapa perawatan yang bisa dilakukan untuk menangani pengidap erotomania adalah sebagai berikut:

 

1. Melakukan Konsultasi dengan Psikiater

 

Langkah awal dalam menangani erotomania adalah melakukan konsultasi dengan psikiater. Setelah melakukan konsultasi, pengidap bisa mendapatkan terapi yang sesuai, termasuk penanganan untuk mengatasi penyebab yang mendasari erotomania, misalnya jika memiliki gangguan kejiwaan lainnya.

 

Psikiater akan menyesuaikan perawatan dengan keadaan dan kebutuhan setiap pengidapnya. Perawatan biasanya diprioritaskan untuk fokus pada perbaikan fungsi sosial dan meningkatkan kualitas hidup orang yang terkena dampaknya.

 

2. Psikoterapi dan Terapi Perilaku Kognitif

 

Tujuan psikoterapi pada pengidap erotomania adalah memberikan tempat agar mereka bisa membicarakan gejala yang dialaminya secara leluasa. Terapi ini dapat membantu pasien menyadari kenyataan dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yang dialami dengan lebih efektif.

 

Sementara itu, tujuan terapi perilaku kognitif pada pengidap erotomania adalah membuat pasien memahami kondisi sebenarnya yang sedang ia alami. Dengan begitu, ia bisa mengendalikan gejala yang ada dan menentukan coping mechanism yang tepat sesuai kondisinya.

 

3. Pemberian Obat Antipsikotik

 

Selain psikoterapi dan terapi perilaku kognitif, dokter juga bisa mengombinasikan perawatan pasien dengan pemberian obat-obatan antipsikotik, seperti clozapine, risperidone, dan olanzapine untuk mengatasi gejala gangguan erotomania. Jenis obat ini biasanya juga diberikan pada pengidap skizofrenia.

 

Apabila erotomania disebabkan oleh gangguan bipolar atau depresi, maka dokter dapat memberikan obat-obatan antimania dan antidepresan untuk menangani kondisi-kondisi tersebut.