Apa Itu Epididimitis

Epididimitis adalah peradangan saluran epididimis yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan penyaluran sperma. Ketika terjadi peradangan, saluran epididimis menjadi bengkak dan menimbulkan nyeri. Epididimis adalah tabung yang menyambungkan testis dengan vas deferens, yaitu saluran yang membawa sperma ke penis.

Fungsi epididimis sendiri adalah sebagai tempat pematangan sperma. Selain itu, epididimis juga bisa berkontraksi untuk mendorong sperma keluar saat ejakulasi. Terdapat 2 (dua) jenis epididimitis yang perlu diwaspadai, yaitu : 1)  Epididimitis akut, peradangan saluran sperma yang terjadi mendadak dan berkembang cepat. Jenis epididimitis ini biasanya lebih cepat sembuh (kurang dari enam minggu). 2)  Dan epididimitis kronis, peradangan saluran sperma yang berkembang perlahan dan menimbulkan nyeri tumpul. Jenis epididimitis ini berlangsung lebih lama dibanding epididimitis akut (lebih dari enam minggu).

Tanda dan Gejala Epididimitis

1.      Pembengkakan skrotum (disertai sensasi hangat dan nyeri saat disentuh).

2.      Nyeri pada testis.

3.      Darah pada cairan sperma.

4.      Nyeri saat buang air kecil.

5.      Sering ingin buang air kecil.

6.      Muncul benjolan di sekitar testis.

7.      Ujung Mr P mengeluarkan cairan abnormal.

8.      Nyeri saat ejakulasi.

9.      Rasa tidak nyaman di perut bagian bawah atau sekitar panggul.

10.   Pembesaran kelenjar getah bening.

11.   Demam

Epididimitis dapat dialami oleh pria usia berapa pun, tetapi paling sering terjadi pada kelompok usia 19-35 tahun. Saat terjadi epididimitis, peradangan menyebabkan bengkak dan nyeri pada epididimis. Kondisi ini biasanya akan membaik dengan antibiotik. Namun, jika terlambat ditangani, peradangan dapat menyebar hingga ke testis.

Penyebab Epididimitis

Epididimitis dapat disebabkan oleh penyakit infeksi atau penyakit noninfeksi. Berikut ini adalah penjelasannya :

1.      Penyakit Infeksi

Jenis penyakit infeksi yang menyebabkan epididimitis antara lain :

a.      Infeksi menular seksual, seperti chlamydia dan gonore.

b.      Infeksi virus, seperti virus gondongan (mumps).

c.      Infeksi bakteri Escherichia coli (E. coli).

d.      Infeksi cryptococcus dan cytomegalovirus yang terjadi pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah, seperti pasien HIV/AIDS.

2.      Penyakit Non-Infeksi

Meski umumnya disebabkan oleh infeksi, epididimitis juga dapat disebabkan oleh penyakit non-infeksi, seperti :

a.      Pembesaran prostat

b.      Refluks urine, yaitu kondisi ketika urine mengalir ke epididimis yang umumnya terjadi akibat meregangkan tubuh secara berlebihan atau mengangkat barang berat.

c.      Torsio testis

d.      Cedera di area selangkangan.

e.      Penyakit autoimun, seperti sarkoidosis atau penyakit Behçet.

f.       Komplikasi operasi pada kelamin, misalnya vasektomi.

g.      Penggunaan kateter urine dalam jangka panjang.

h.      Efek samping obat amiodarone.

Faktor Risiko Epididimitis

Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena epididimitis, yaitu :

1.      Pernah menderita infeksi menular seksual, radang prostat (prostatitis), atau infeksi saluran kemih.

2.      Pernah menjalani prosedur medis pada saluran urine, prostat, atau kandung kemih.

3.      Menderita kelainan bentuk saluran kemih.

4.      Tidak menjalani sunat.

Gejala Epididimitis

Berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat dialami oleh penderita epididimitis :

1.      Kelainan pada skrotum, seperti bengkak, kemerahan, dan terasa hangat.

2.      Nyeri yang biasanya terjadi secara bertahap pada salah satu testis.

3.      Nyeri atau rasa tidak nyaman di perut bagian bawah atau panggul.

4.      Sering buang air kecil.

5.      Sakit saat buang air kecil.

6.      Pembesaran kelenjar getah bening di pangkal paha.

7.      Demam

Pemeriksaan Epididimitis

Untuk mendiagnosis epididimitis, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala dan riwayat penyakit pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pada penis dan testis.

Ada beberapa pemeriksaan lain yang dapat dilakukan oleh dokter, yaitu :

1.      Tes darah dan urine, untuk memeriksa keberadaan infeksi pada saluran kemih.

2.      Uji sampel cairan yang keluar dari penis, untuk mendeteksi kemungkinan penyakit menular seksual.

3.      USG Doppler, untuk memeriksa kelancaran aliran darah di testis dan mendeteksi torsio testis.

Penanganan Epididimitis

Pengobatan epididimitis bertujuan untuk mengatasi infeksi dan meredakan gejala. Beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan adalah :

1.      Obat-obatan

Pada epididimitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik. Antibiotik tersebut perlu dikonsumsi selama 1-2 minggu. Jika infeksinya adalah infeksi menular seksual, pasangan pasien juga harus mengonsumsi antibiotik.

Umumnya, pasien akan membaik dalam 2-3 hari setelah mengonsumsi antibiotik. Namun, penting untuk diingat bahwa antibiotik harus dikonsumsi sampai habis meski gejala sudah mereda. Setelah antibiotik habis, lakukan pemeriksaan ke dokter guna memastikan bahwa infeksi sudah benar-benar hilang.

Selain antibiotik, dokter juga dapat meresepkan obat pereda nyeri dan radang.

2.      Operasi

Jika telah terbentuk kumpulan nanah (abses) di epididimis, dokter akan melakukan operasi untuk mengeluarkan nanah. Pada epididimitis yang parah, dokter juga dapat melakukan operasi pengangkatan saluran epididimis (epididymectomy).

Selain untuk menangani epididimis, operasi juga dapat dilakukan untuk memperbaiki saluran kemih yang tidak normal dan memicu terjadinya epididimitis.

3.      Perawatan mandiri

Untuk membantu penyembuhan, pasien disarankan untuk melakukan upaya-upaya mandiri di rumah, seperti :

a.      Memposisikan kaki lebih tinggi dari badan saat berbaring agar skrotum terangkat dan tidak tertekan.

b.      Mengenakan celana yang bisa menopang skrotum.

c.      Mengompres skrotum dengan es batu yang dibalut handuk atau kain bersih.

d.      Tidak mengangkat beban berat.

e.      Tidak berhubungan intim sampai sembuh.

 

Referensi :

Nurahma Wahyu Fitriyani, dkk. 2020. Infeksi Urethritis Gonore dengan Komplikasi Epididimitis Akut. Jurnal Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Berlinrut, I., & Koshy, R. 2021. Epididymitis Associated With Bacteremic Pneumococcal Pneumonia. Idcases, 23, Pp. 1-3.

Bonner, M., et al. 2021. A Descriptive Analysis of Men Diagnosed with Epididymitis, Orchitis, or Both in The Emergency Department. Cureus, 13(6), Pp. 1-13.

National Health Service UK. 2021. Health A to Z. Epididymitis.

Cleveland Clinic. 2022. Disease & Conditions. Epididymitis.

Mayo Clinic. 2022. Diseases & Conditions. Epididymitis.