Apa Itu Dispareunia

Dispareunia adalah keluhan yang timbul ketika seseorang melakukan hubungan intim. Keluhan ini berupa rasa nyeri yang timbul secara terus-menerus, atau sewaktu-waktu di daerah kemaluan. Rasa nyeri ini bisa terjadi saat sebelum, selama, atau sesudah berhubungan intim. Dispareunia atau painful intercourse bisa terjadi baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Kendati demikian dispareunia lebih sering terjadi pada wanita ketimbang pria. Pada wanita, dispareunia dibedakan menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan lokasi nyeri yang timbul, yaitu : nyeri masuk (dispareunia intraorbital atau superfisial). Nyeri ini dirasakan di pintu masuk vagina selama penetrasi awal. Beberapa faktor yang terkait dengan nyeri masuk dapat berupa kurangnya pelumasan, cedera, atau infeksi. Yang kedua adalah nyeri dalam atau (collision dyspareunia). Ini adalah nyeri yang terjadi pada penetrasi yang dalam dan dapat terasa lebih buruk pada posisi seksual tertentu. Pengidap dispareunia akan merasakan nyeri ini di leher rahim atau perut bagian bawah. Kondisi medis atau operasi sebelumnya biasanya menyebabkan nyeri seksual yang terjadi lebih dalam. Umumnya, nyeri pada dispareunia akan terasa tajam, panas, atau seperti kram menstruasi. Selain di vagina, nyeri juga dapat dirasakan pada kandung kemih, saluran lubang kencing, perut bagian bawah, dan panggul. Selain berdampak secara fisik, dispareunia juga dapat memberikan dampak emosional dan psikologis.

Penyebab Dispareunia

Dispareunia dapat disebabkan oleh faktor fisik atau faktor emosional. Penyebab faktor fisik terbagi lagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu nyeri ketika penis masuk vagina dan nyeri ketika penis berada di dalam vagina.

1.      Nyeri ketika penis masuk vagina.

Nyeri saat penis memasuki vagina umumnya terjadi akibat kurangnya pelumasan pada vagina. Hal ini dapat terjadi akibat dari kurangnya pemanasan atau foreplay sebelum berhubungan seksual.

Beberapa faktor fisik lain yang dapat menyebabkan dispareunia jenis ini adalah :

a.      Atrofi vagina, yaitu kondisi vagina yang kehilangan kelembapan dan ketebalannya, sehingga menjadi kering, tipis, dan meradang.

b.      Penggunaan obat-obatan yang dapat mengurangi pelumasan vagina, seperti antidepresan, antihistamin, obat penenang, atau pil KB.

c.      Cedera, trauma, atau iritasi di vagina akibat kecelakaan, operasi panggul, atau pembesaran vagina ketika melahirkan.

d.      Peradangan atau infeksi di area kelamin atau saluran kemih.

e.      Gangguan pada kulit di area kelamin, seperti eksim.

f.       Vaginismus, yaitu kondisi ketika otot vagina dan otot panggul tegang dan sakit jika dimasuki sesuatu.

g.      Kelainan bawaan, seperti bentuk vagina yang tidak sempurna atau selaput dara menutupi seluruh lubang vagina (hymen imperforata).

h.      Hubungan seks yang dilakukan terlalu cepat setelah operasi atau melahirkan.

i.       Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS), seperti Human papillomavirus atau herpes.

j.       Infeksi vagina (vaginitis).

k.      Vulvodynia, yaitu kondisi yang menyebabkan nyeri berkepanjangan di bagian luar kelamin wanita (vulva).

2.      Nyeri ketika penis berada di dalam vagina.

Jenis nyeri ini terjadi ketika penis telah berada di dalam vagina. Nyeri ini dapat memburuk jika melakukan hubungan seks pada posisi tertentu. Penyebabnya meliputi :

a.      Endometriosis

b.      Penyakit radang panggul.

c.      Miom

d.      Kista indung telur.

e.      Dampak operasi atau pengobatan, seperti operasi pada rahim, radioterapi, atau kemoterapi.

Gejala Dispareunia

Dispareunia ditandai dengan nyeri secara terus-menerus atau berulang, yang dapat terjadi ketika hendak, sedang, atau setelah berhubungan seksual. Gejala yang mungkin terjadi dapat berupa :

1.      Nyeri tajam selama penetrasi.

2.      Nyeri selama atau setelah berhubungan seks.

3.      Nyeri disertai sensasi berdenyut yang berlangsung selama berjam-jam setelah berhubungan seks.

4.      Nyeri disertai sensasi terbakar atau gatal.

5.      Kram otot sekitar panggul.

Pemeriksaan Dispareunia

Dokter akan melakukan pemeriksaan panggul, untuk mendeteksi kelainan di panggul, seperti infeksi atau luka. Pemeriksaan dilakukan dengan menekan otot di kelamin dan panggul secara perlahan, sehingga lokasi timbulnya rasa sakit dapat diketahui.

Selain pemeriksaan panggul, dokter juga dapat menjalankan pemeriksaan vagina dengan menggunakan spekulum atau cocor bebek. Jika diperlukan, dokter juga akan melakukan USG panggul.

Beberapa tes lain juga dapat digunakan untuk mendiagnosis dispareunia, yaitu :

1.      Pemindaian dengan CT scan atau Rontgen.

2.      Pemeriksaan dubur

3.      Pap smear

4.      Tes kultur cairan vagina

5.      Tes urine

6.      Tes alergi

Penanganan Dispareunia

Penanganan dispareunia dilakukan berdasarkan penyebabnya. Metode pengobatan dapat berupa pemberian obat, operasi, atau terapi. Pasien juga dapat melakukan penanganan mandiri dengan disertai petunjuk dari dokter.

1.      Obat-obatan

Beberapa obat yang digunakan untuk menangani dispareunia adalah : antibiotik, anti jamur, krim estrogen dan suntik kortikosteroid.

2.      Prosedur operasi

3.      Metode operasi dilakukan bila dispareunia disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti endometriosis. Untuk menangani kondisi ini, dokter akan melakukan tindakan bedah guna mengangkat jaringan yang bermasalah.

4.      Penanganan mandiri

5.      Pasien juga dapat melakukan upaya mandiri dengan pasangan untuk meredakan rasa sakit yang muncul ketika berhubungan seks, antara lain:

a.      Bersikap terbuka dan menyampaikan kepada pasangan jika tidak nyaman saat berhubungan seks, baik terkait posisi maupun ritme.

b.      Memperpanjang waktu pemanasan atau foreplay sampai merasa terangsang sepenuhnya, untuk memicu keluarnya pelumas alami.

c.      Menggunakan pelumas berbahan dasar air atau silikon saat berhubungan seks.

d.      Mengubah posisi jika nyeri tajam muncul di posisi tertentu.

 

Referensi :

Atun Wigati, dkk. 2021.  Rentang Waktu Melakukan Coitus dengan Kejadian Dyspareunia. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidangan Universitas Muhammadiyah Kudus.

Wahl, K. J., et al. 2020. Deep Dyspareunia, Superficial Dyspareunia, and Infertility Concerns among Women with Endometriosis : A Cross-sectional Study. Sexual Medicine, 8(2), pp. 274-81.

Ghaderi, F., et al. 2019. Pelvic Floor Rehabilitation in the Treatment of Women with Dyspareunia: A Randomized Controlled Clinical Trial. International Urogynecology Journal, 30(11), pp. 1849-55.

Cleveland Clinic. 2021. Diseases and Conditions. Dyspareunia (Painful Intercourse).

Mayo Clinic. 2020. Diseases & Conditions. Painful Intercourse (Dyspareunia).

Boskey, E. Verywell Health. 2021. Possible Causes of Pain During Sex.

Giorgi, A. Healthline. 2020. What You Need to Know About Dyspareunia (Painful Intercourse).

Gurevich, R. Verywell Family. 2021. Pain During Sex : Causes and How It Impact Fertility.