Apa itu Dismenore? Penyebab, Gejala, & Cara Mengobatinya

Dysmenorrhea atau dismenore adalah istilah medis dari kondisi nyeri haid atau kram perut yang terjadi setiap kali saat menstruasi. Kondisi ini sangat umum terjadi karena adanya perubahan hormon yang memicu kontraksi rahim untuk meluruhkan lapisannya sebelum ataupun selama masa menstruasi.

 

Mari pahami lebih lanjut mengenai penyebab, gejala, dan cara mengatasi dismenore melalui ulasan berikut ini.

 

Apa itu Dismenore?

 

Dysmenorrhea atau dismenore adalah rasa nyeri dan kram pada perut bagian bawah yang dialami oleh wanita sebelum ataupun selama siklus menstruasi. Kondisi ini tergolong normal jika menimbulkan gejala yang ringan. Namun, pada beberapa kasus, dismenore dapat menimbulkan rasa tidak nyaman hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

 

Penyebab Dismenore

 

Penyebab utama dismenore adalah perubahan hormon yang memicu rahim untuk berkontraksi untuk meluruhkan lapisannya. Berdasarkan penyebabnya, dismenore juga dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:

 

1. Dismenore Primer

 

Dismenore primer merupakan kondisi yang terjadi karena adanya perubahan hormon prostaglandin, yaitu hormon yang diproduksi oleh lapisan rahim. Hormon tersebut dapat memicu rahim untuk meluruhkan lapisannya melalui kontraksi rahim sehingga bisa menimbulkan rasa nyeri pada perut bagian bawah. Dismenore primer bisa datang setiap kali saat menstruasi, namun tidak disebabkan oleh penyakit atau penyebab medis lainnya.

 

Nyeri akibat dismenore primer ini biasanya terjadi selama 2–3 hari dan dapat mereda setelah siklus menstruasi berakhir.

 

2. Dismenore Sekunder

 

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang dapat dipicu oleh masalah pada organ reproduksi, seperti:

  • Endometriosis.
  • Penyakit radang panggul.
  • Fibroid rahim.
  • Adenomiosis.
  • Stenosis serviks.
  • PCOS.
  • Perlengketan pada bagian dalam rahim.

 

Dismenore sekunder dapat menimbulkan rasa nyeri yang lebih parah dan lebih lama dibandingkan dengan dismenore primer. Bahkan, pada beberapa kasus, nyeri akibat dismenore sekunder ini tetap dirasakan meski siklus menstruasi sudah berakhir.

 

Faktor Risiko Dismenore

 

Adapun sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita mengalami dismenore adalah sebagai berikut:

  • Wanita berusia di bawah 30 tahun.
  • Terdapat riwayat keluarga yang sering mengalami nyeri haid.
  • Mendapatkan siklus menstruasi pertama pada usia yang sangat muda, yaitu di bawah 11 tahun (pubertas dini).
  • Siklus menstruasi yang tidak teratur.
  • Kebiasaan merokok.
  • Terjadi perdarahan yang berlebihan selama menstruasi.
  • Belum pernah melahirkan.

 

Gejala Dismenore

 

Gejala utama dismenore adalah rasa nyeri terus menerus pada perut bagian bawah yang dapat terjadi sebelum atau selama siklus menstruasi. Rasa nyeri tersebut bisa menyebar hingga ke pinggang, punggung bagian bawah, dan paha. Selain itu, sejumlah gejala umum dari dismenore adalah sebagai berikut:

  • Mual yang dapat disertai ataupun tanpa disertai muntah.
  • Nyeri kepala.
  • Perut kembung.
  • Diare.
  • Lesu atau tidak bertenaga.

 

Diagnosis Dismenore

 

Pada dasarnya, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah dismenore disebabkan oleh kondisi medis tertentu. Adapun sejumlah prosedur pemeriksaan yang dilibatkan untuk mengonfirmasi diagnosis dismenore adalah:

  • Pemeriksaan pencitraan, seperti USGCT Scan, atau MRI panggul untuk melihat kondisi organ reproduktif wanita seperti rahim, serviks, tuba falopi, dan indung telur pasien.
  • Histeroskopi, yaitu prosedur pemeriksaan dengan memasukkan selang yang dilengkapi oleh kamera melalui vagina untuk memeriksa kondisi di dalam rahim.
  • Laparoskopi, yaitu tindakan medis dengan membuat sayatan kecil pada perut untuk memasukkan selang kecil berkamera agar dapat melihat kondisi di dalam organ reproduksi. Namun, metode pemeriksaan ini lebih jarang digunakan untuk mendiagnosis dismenore karena bersifat invasif, kecuali terdapat indikasi khusus untuk melakukannya.

 

Cara Mengatasi Dismenore

 

Jika menimbulkan gejala yang ringan, dismenore dapat diatasi dengan melakukan perawatan mandiri di rumah, seperti:

  • Mengompres hangat perut bagian bawah.
  • Melakukan olahraga ringan, seperti yogajalan kaki, atau pilates.
  • Mandi air hangat.
  • Beristirahat yang cukup.
  • Menghindari konsumsi alkohol dan merokok.

 

Namun, jika nyeri haid tidak kunjung mereda, ada baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter agar memperoleh tindakan medis yang tepat. Beberapa tindakan medis yang umum dilakukan untuk menangani dismenore adalah:

  • Meresepkan obat pereda nyeri (analgesik) untuk meredakan rasa nyeri dan atau obat perelaksasi otot.
  • Menggunakan kontrasepsi hormonal, seperti pil, injeksi, atau implan KB untuk membantu mengurangi produksi hormon prostaglandin.
  • Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), yaitu terapi yang dilakukan dengan mengalirkan arus listrik ringan ke saraf di sekitar panggul untuk memblokir atau menghambat sinyal rasa sakit.
  • Tindakan operasi jika kram perut disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi, seperti endometriosis atau miom.

 

Cara Mencegah Dismenore

 

Dismenore adalah kondisi yang dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat sebaik mungkin. Beberapa cara yang bisa dilakukan di antaranya:

  • Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.
  • Tidak merokok.
  • Tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
  • Mengelola stres sebaik mungkin.
  • Mencukupi waktu tidur.
  • Rutin berolahraga.

 

Dismenore adalah kondisi yang tergolong normal karena adanya perubahan hormon saat menjelang ataupun memasuki masa menstruasi. Meski begitu, penting untuk mewaspadai kondisi ini terutama jika menimbulkan rasa nyeri haid yang tidak biasa dan terjadi terus menerus.