Apa itu Demielinisasi? Penyebab, Gejala, & Cara Mengobatinya

Demielinisasi adalah kondisi terganggunya atau rusaknya lapisan pelindung (selubung), yang disebut mielin, di sistem saraf pusat. Selubung mielin ini bertanggung jawab sebagai isolator, pelindung, dan pemberi nutrisi ke akson yang merupakan jalur transmisi utama sistem saraf. Jika terjadi demielinisasi, transmisi sinyal saraf dapat terhambat atau terganggu, yang akhirnya mengakibatkan gangguan pada fungsi saraf terkait.

 

Mari pelajari lebih lanjut tentang penyebab, gejala, dan penanganan penyakit demielinisasi dalam artikel berikut ini.

 

Apa itu Demielinisasi?

 

Saraf adalah bagian yang mengirim dan menerima pesan dari seluruh tubuh kemudian memprosesnya di otak. Proses ini memungkinkan manusia untuk berbicara, melihat, merasakan, bertindak, bergerak, dan berpikir. Akson yang merupakan bagian dari sel saraf memiliki selubung pelindung bernama mielin atau myelin yang memungkinkan impuls listrik melewati sel saraf dengan cepat dan lancar.

 

Seberapa baik pergerakan impuls tersebut merupakan salah satu faktor yang menentukan kecepatan seseorang dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Saat selubung mielin mengalami gangguan, maka akan terjadi komplikasi pada sistem saraf, seperti perubahan penglihatan, perubahan sensasi, kelemahan tubuh, serta masalah perilaku dan berpikir.

 

Pada kesimpulannya, demielinisasi adalah kondisi ketika selubung mielin mengalami kerusakan. Pada kondisi demielinisasi, jaringan parut akan terbentuk di selubung mielin, sehingga sinyal otak tidak mampu bergerak dengan cepat. Akibatnya, saraf tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi ini pun dapat memicu kerusakan sistem saraf dan menyebabkan masalah pada fungsi seluruh tubuh.

 

Penyebab Demielinisasi

 

Penyebab demielinisasi berbeda-beda, tergantung dari penyakitnya. Adapun beberapa kondisi medis yang dapat memicu gangguan demielinisasi adalah sebagai berikut:

 

1. Multiple Sclerosis (MS)

 

Multiple sclerosis adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sistem saraf pusat dan memicu proses inflamasi yang menyerang selubung mielin dan menyebabkan kematian akson. Belum diketahui secara pasti apa penyebab MS, namun terdapat dugaan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

 

Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan multiple sclerosis sepenuhnya. Pengobatan yang ada sekarang ini hanya bertujuan untuk meringankan gejala dan mengurangi frekuensi kekambuhan.

 

2. Neuromyelitis Optica (NMO)

 

NMO merupakan kondisi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang dan menghancurkan selubung mielin pada sumsum tulang belakang dan mata. NMO dapat terjadi pada satu atau kedua sisi mata (ditandai dengan gejala pandangan kabur dan kehilangan penglihatan) dan sumsum tulang belakang (ditandai dengan kelemahan pada lengan dan tungkai). Gejala NMO bisa berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti apa penyebab NMO.

 

3. Transverse Myelitis

 

Transverse myelitis mengacu pada peradangan yang memengaruhi kedua sisi sumsum tulang belakang pada tingkat yang sama. Pada beberapa kasus, penyebab transverse myelitis tidak diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga dipicu oleh beberapa kondisi medis, seperti multiple sclerosisneuromyelitis optica, infeksi tertentu (sifilis atau tuberkulosis), dan gangguan autoimun.

 

4. Acute Disseminated Encephalomyelitis (ADEM)

 

ADEM terjadi karena peradangan yang meluas dan merusak selubung mielin di otak dan sumsum tulang belakang, dan terkadang memengaruhi saraf optik. . Penyebab dari ADEM masih belum diketahui secara pasti, namun ADEM diduga terjadi akibat tubuh menyerang jaringannya sendiri sebagai respons terhadap infeksi virus atau bakteri, atau bisa juga merupakan reaksi terhadap vaksin.

 

5. Adrenoleukodystrophy (ALD)

 

ALD merupakan kelainan genetik yang dapat menyebabkan kerusakan pada selubung mielin. Menurut National Library of Medicine, kondisi ini diperkirakan terjadi pada 1 dari 20.000 orang dan biasanya mulai berkembang sejak masa kanak-kanak.

 

6. Adrenomyeloneuropathy (AMN)

 

AMN merupakan kelainan genetik di mana penderitanya memiliki mutasi gen yang sama dengan mutasi gen yang menyebabkan ALD. Kondisi ini terbilang lebih ringan dan biasanya muncul pada usia di antara 21 dan 35 tahun.

 

7. Guillain-Barré Syndrome (GBS)

 

GBS merupakan penyakit autoimun langka yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang selubung mielin. Apabila peradangan tetap berlanjut setelah menghancurkan selubung mielin, kondisi ini dapat menyerang sistem saraf tepi.

 

Penyebab dari GBS belum diketahui secara pasti, namun penyakit ini umumnya muncul setelah terjadi infeksi tertentu, seperti infeksi Campylobacter jejuni yang menyebabkan keracunan makanan, virus Cytomegalovirus, virus Epstein-Barr, dan flu.

 

8. Charcot-Marie-Tooth Disease (CMT)

 

CMT adalah kelainan bawaan yang dihasilkan dari mutasi genetik dan memengaruhi struktur serta fungsi selubung mielin. Kondisi ini dapat berkembang dan menyebabkan kerusakan saraf tepi.

 

9. HTLV-1 Associated Myelopathy (HAM)

 

HAM terjadi akibat infeksi virus Human T-Lymphotropic Virus (HTLV)-1 yang menyebabkan otak serta sumsum tulang belakang mengalami pembengkakan. Namun, tidak semua orang yang terpapar virus HTLV-1 mengalami HAM. Pada beberapa kasus, infeksi virus ini tidak menunjukkan gejala apa pun.

 

10. Kondisi Lain yang Dapat Menyebabkan Demielinisasi

 

Selain kondisi-kondisi di atas, sejumlah kondisi lain yang dapat memicu gangguan demielinisasi adalah sebagai berikut:

 

  • Ketidaksembangan elektrolit.
  • Kecanduan alkohol.
  • Kerusakan organ hati.
  • Terpapar racun.
  • Mengalami gizi buruk.
  • Mengidap penyakit pembuluh darah atau kekurangan oksigen di otak.

 

Gejala Demielinisasi

 

Gejala demielinisasi bisa berbeda-beda, tergantung dari penyebab atau kondisi yang mendasarinya. Namun, beberapa gejala umum dari gangguan demielinisasi adalah sebagai berikut:

 

  • Gangguan pada kandung kemih atau usus.
  • Kesulitan menelan dan mengunyah.
  • Kelelahan secara menyeluruh.
  • Nyeri saraf yang tidak biasa.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Perubahan suasana hati.
  • Penurunan kemampuan dalam mengingat.
  • Gangguan penglihatan.
  • Kesemutan atau mati rasa di beberapa bagian tubuh.
  • Kehilangan koordinasi motorik tubuh.
  • Kesulitan berjalan.
  • Tekanan darah tidak terkontrol dengan baik
  • Palpitasi jantung (jantung berdebar)
  • Gangguan bicara.
  • Kelemahan pada otot kaki dan lengan.
  • Menurunnya refleks dan keseimbangan tubuh.

 

Diagnosis Demielinisasi

 

Melalui pemeriksaan MRI, dokter dapat mendeteksi letak demielinisasi di otak dan saraf, terutama yang disebabkan oleh multiple sclerosis (MS). Setelah dokter menemukan letak kerusakan selubung myelin yang memengaruhi sistem saraf, maka akan ditentukan pengobatan yang tepat untuk mengatasi sumber atau penyebab kerusakan pada selubung mielin tersebut.

 

Penanganan Demielinisasi

 

Pengobatan untuk gangguan demielinisasi akan disesuaikan dengan kondisi atau penyebab yang mendasarinya. Meski begitu, belum ada pengobatan khusus yang dapat menyembuhkan gangguan demielinisasi atau kerusakan pada selubung mielin sepenuhnya.

 

Saat ini, pengobatan untuk gangguan demielinisasi hanya bertujuan untuk mengurangi gejala atau respons imun tubuh. Pengobatan ini biasanya dilakukan dengan memberikan obat-obatan, seperti interferon beta-1a atau glatiramer acetate.

 

Selain itu, penderita juga disarankan untuk memenuhi kebutuhan harian vitamin D  guna mengurangi inflamasi atau respons sistem imun. Hal ini dikarenakan seseorang dengan kadar vitamin D yang rendah berisiko lebih tinggi mengalami multiple sclerosis atau penyakit demielinisasi lainnya.

 

Pencegahan Demielinisasi

 

Demielinisasi tidak dapat dicegah seutuhnya, namun beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memperlambat perkembangan penyakit/kerusakan saraf adalah sebagai berikut:

 

  • Memenuhi kebutuhan vitamin B12, D, dan asam folat untuk mengembalikan struktur dan fungsi selubung mielin.
  • Mengonsumsi makanan yang mengandung lemak sehat (omega 3 dan omega 6), seperti ikan salmon, minyak zaitun, kacang-kacang, dan biji-bijian.
  • Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang lainnya.