Apa Itu Cedera kepala atau trauma kepala

Cedera kepala atau trauma kepala adalah kondisi yang masih menjadi tantangan besar dalam dunia kedokteran. Dampak jangka panjang akibat cedera kepala tidak hanya pada kondisi kesehatan pasien saja, tetapi turut berpengaruh pada mental pasien dan keluarganya.

Angka kematian akibat cedera kepala sendiri terbilang tinggi. Setiap tahunnya, kejadian cedera kepala di Indonesia diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Tingkat kematiannya 10%, bahkan sebelum pasien tiba di rumah sakit.

Pada tahun 2005, angka kematian karena cedera kepala di Indonesia berkisar 6,211 hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan standar rata rata internasional yang berkisar 38%.

Untuk itulah sangat penting untuk mengetahui tentang cedera kepala, termasuk penyebab, jenis, gejala, dan penanganannya. Berikut ini informasi lengkapnya.

Penyebab terjadinya cedera kepala

 

Cedera kepala adalah segala jenis cedera pada otak, jaringan dan pembuluh darah di kepala, tengkorak, hingga kulit kepala yang terjadi karena benturan. Bentuknya dapat berkisar dari benjolan ringan atau memar hingga cedera otak traumatis.

Sebagian besar penyebab cedera kepala di Indonesia adalah kecelakaan kendaraan bermotor, dimana proporsi terbesar terletak pada pengendara sepeda motor.

Kelompok usia dewasa muda, dengan usia 18 – 40 tahun, merupakan yang paling rentan mengalami cedera kepala. Hal ini disebabkan tingginya frekuensi pengguna kendaraan bermotor pada kelompok usia ini.

Selain itu, ada beberapa penyebab lainnya dari cedera kepala yaitu:

  1. Kecelakaan kendaraan bermotor
  2. Kecelakaan yang disebabkan olahraga seperti bersepeda, sepak bola, bola basket, olahraga ekstrem, rekreasi dan sebagainya
  3. Jatuh dari ketinggian
  4. Tindakan kekerasan dan penganiayaan

Ada beberapa kondisi kesehatan yang ditandai dengan memar atau pendarahan otak, diantaranya:

  1. Tekanan darah tinggi jangka panjang
  2. Gangguan perdarahan
  3. Penggunaan pengencer darah atau obat-obatan rekreasional tertentu

Jenis-jenis cedera kepala

 

Secara umum, cedera kepala bisa tertutup atau terbuka. Cedera kepala tertutup berarti cedera yang tidak mematahkan tengkorak.

Namun, cedera kepala terbuka (penetrasi)  terjadi ketika ada sesuatu merusak kulit kepala dan tengkorak kemudian memasuki otak dan mempengaruhi fungsinya. Terkait kondisinya, berikut ini beberapa jenis cedera kepala, menurut Dokter Spesialis Bedah Saraf, Dr. Mardjono, Tjahjadi, SpBS, FFNS:

a. Gegar otak (Concussion)

Gegar otak adalah kondisi cedera kepala yang terjadi ketika terjadinya benturan pada kepala yang cukup parah sehingga membuat otak menjadi cedera. Umumnya, geger otak disebabkan karena otak membentur dinding keras tengkorak secara tiba-tiba.

Hilangnya fungsi yang terkait dengan gegar otak sebagian besar bersifat sementara. Tetapi, gegar otak berulang bisa memicu kerusakan permanen.

b. Fraktur Kompresi Tengkorak

Walaupun tengkorak memiliki struktur yang kuat, nyatanya tulang tengkorak bisa patah. Kondisi ini terjadi ketika tulang tengkorak patah akibat benturan ke arah kepala.

Penyebabnya paling umum karena terbentur tanah atau aspal akibat kecelakaan kendaraan bermotor.

Fraktur kompresi tengkorak termasuk ke dalam kelompok kasus cedera kepala ringan  sedang, yang menjadi jenis kegawatdaruratan di bidang bedah saraf.

Penanganan fraktur kompresi tengkorak dengan operasi dengan tujuan sebagai berikut:

  1. Mencegah terjadinya atau mengurangi risiko berat infeksi otak dan risiko kondisi di mana kuman menyerang seluruh sistem tubuh (sepsis)
  2. Mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan saraf, kelumpuhan, dan kejang pasca cedera kepala
  3. Memperbaiki kosmetika wajah dan kepala terutama tengkorak yg merupakan bagian dari wajah.
  4. Bila fraktur kompresi disertai perdarahan otak ataupun selaput otak, tindakan operasi juga bertujuan untuk menyelamatkan hidup pasien akibat perdarahan tersebut

c. Perdarahan Epidural

Perdarahan epidural adalah perdarahan yang terjadi diantara bagian dalam batok kepala dengan selaput otak. Biasanya, perdarahan epidural terjadi pada satu tempat tertentu di otak.

Kondisi ini termasuk cedera kepala fokal yang paling sering ditemukan pada kelompok usia dewasa muda, dengan angka kejadian per tahun sebesar 2,7% dari seluruh kasus cedera kepala.

Perdarahan epidural termasuk kasus kegawatdaruratan di bidang bedah saraf yang bila dibiarkan akan menyebabkan pergeseran otak yang akan mengakibatkan kematian. Penanganannya dengan operasi kraniotomi yang paling efektif dalam menyelamatkan nyawa pasien.

d. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi diantara selaput otak lapisan luar dan selaput otak lapisan tengah. Selaput otak sendiri terbagti menjadi 3 lapisan, yaitu lapisan luar yang dinamakan duramater, lapisan tengah yang dinamakan arachnoid, dan lapisan dalam yang dinamakan piamater.

Perdarahan subdural secara sederhana dapat terbagi menjadi dua, yaitu:

  1. Perdarahan yang sifatnya akut, artinya langsung menimbulkan kegawatan yang berpotensi pada kematian. Biasanya terjadi karena cedera yang hebat seperti berguling-guling atau terjungkir kencang saat terjatuh, hingga benturan hebat pada satu sisi kepala.
  2. Perdarahan yang kronis, tidak menimbulkan kegawatan yang berisiko kematian, namun biasanya menyebabkan nyeri kepala hebat atau kelumpuhan anggota gerak. Biasanya terjadi pada orang lanjut usia yang disebabkan oleh cedera kepala ringan seperti terpeleset ataupun terjadi secara spontan karena penggunaan obat-obat jantung dan pengencer darah.

e. Perdarahan Jaringan Otak

Seusai namanya, jenis cedera kepala ini merupakan perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak. Bila perdarahannya kecil maka disebut memar otak (kontusio otak).

Perdarahan yang kecil biasanya tidak memerlukan tindakan operasi dan perdarahannya bisa diserap secara otomatis dalam jangka waktu 7 – 14 hari oleh tubuh.

Namun pengalaman dunia kedokteran menunjukan bahwa perdarahan kecil ini memiliki potensi untuk berkembang menjadi besar dalam jangka waktu 3 – 5 hari walaupun sudah diberikan pengobatan yang cukup.

Sehingga, dapat disimpulkan jika beberapa cedera otak memiliki berbagai kasus yang berbeda, meskipun gejala awalnya serupa. dr. Asadullah, Sp.BS dari Brain and Spine Mitra Keluarga Surabaya (Satelit) membahas lengkap tentang cedera kepala dan gegar otak di video Tanya Dokter MIKA (TERKA) berikut ini:

 

 

Gejala Cedera Kepala

 

Tanda dan gejala cedera kepala bisa berbeda tergantung jenis cedera yang dialami. Berikut gejala umum cedera kepala:

  1. Hilangnya kesadaran selama beberapa waktu
  2. Sakit kepala dan pusing
  3. Masalah keseimbangan
  4. Kebingungan
  5. Penglihatan ganda atau kabur
  6. Merasa lesu atau lelah
  7. Mual
  8. Kepekaan terhadap cahaya atau kebisingan
  9. Gangguan tidur
  10. Sulit berkonsentrasi
  11. Kesulitan mengingat dan hilang ingatan

 

Tanda atau gejala bahwa cedera kepala yang lebih parah, memerlukan perawatan darurat meliputi:

  1. Sakit kepala hebat
  2. Perubahan ukuran pupil mata
  3. Cairan bening atau berdarah mengalir dari hidung, mulut, atau telinga
  4. Kejang
  5. Fitur wajah terdistorsi
  6. Memar wajah
  7. Fraktur di tengkorak atau wajah
  8. Gangguan pendengaran, penciuman, rasa, atau penglihatan
  9. Ketidakmampuan untuk menggerakkan satu atau lebih anggota badan
  10. Sifat lekas marah
  11. Penurunan kesadaran
  12. Tingkat pernapasan rendah
  13. Kegelisahan, kecanggungan, atau kurangnya koordinasi
  14. Bicara cadel atau penglihatan kabur
  15. Leher kaku yang biasanya disertai muntah
  16. Pembengkakan di lokasi cedera
  17. Muntah terus-menerus
  18. Gejala yang memburuk secara tiba-tiba

Sulit untuk menilai seberapa serius cedera kepala hanya dengan melihatnya secara sekilas. Apalagi sebagian cedera kepala ringan mengeluarkan banyak darah, sementara beberapa cedera besar tidak berdarah sama sekali.

Maka dari itulah, sangat penting untuk memeriksakan kondisi cedera kepala dengan ke dokter. Apalagi mengingat tingginya angka kematian akibat cedera kepala tidak hanya ditentukan oleh tingkat keparahannya, tetapi juga ketepatan dan kecepatan penanganannya. Penanganan cedera kepala secara cepat dan tepat dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan.

Beberapa kasus cedera kepala memerlukan tindakan operasi, bahkan untuk kondisi tertentu tindakan operasi akan menjadi penentu yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup penderita.