Apa itu Atherosclerosis?

Atherosclerosis merupakan penyebab kematian tersebar di dunia melalui manifestasi utamanya yaitu penyakit jantung koroner dan stroke. Berasal dari bahasa Yunani ‘athere’ yang artinya bubur dan ‘skleros’ yang artinya keras, atherosclerosis sering diartikan sebagai pengerasan dari arteri. Proses atherosclerosis sendiri merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai faktor risiko dan proses inflamasi yang dapat berlangsung puluhan tahun dan dapat di highlight dengan terjadinya serangan jantung.

Pembuluh darah arteri terdiri dari 3 lapisan utama. Tunica intima yang merupakan lapisan terdalam membatasi terdiri dari 1 lapis jaringan endotel yang membatasi antara darah dengan dinding pembuluh darah. Lapisan kedua disebut tunica media merupakan lapisan paling tebal yang terdiri dari jaringan otot halus dan matriks ekstraseluler. Tunika media menjalankan fungsi kontraktil dan elastik pada pembuluh darah. Tunica adventisia merupakan lapisan pembuluh darah terluar dan terdiri dari jaringan saraf, limfatik, dan vasa vasorum yang merupakan pembuluh darah kecil yang memberikan nutrisi pada dinding pembuluh darah arteri.

Endotel pada tunica intima memiliki fungsi sebagai barrier atau pagar yang mengontrol lewatnya partikel dari sirkulasi ke ruang subendotel. Selain itu endotel juga menghasilkan molekul antitrombotik seperti haparan sulfat, trombomodulin, plasminogen activator, prostasiklin, dan nitric oxide. Molekul-molekul ini berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah. Dalam keadaan normal efek antitrombotik dari endotel akan lebih dominan, namun endotel juga dapat menghasilkan molekul pro trombotik dan anti fibrinolitik jika terpapar stressor tertentu. Selain efek antitrombotik, prostasiklin dan nitric oxide yang dihasilkan endotel juga merupakan zat vasoaktif yang dapat mempengaruhi tonus otot polos di tunica media dan menyebabkan dilatasi atau pelebaran pembuluh darah. Endotel juga dapat menghasilkan endotelin yang memiliki efek vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah. Efek vasodilatasi ini lebih dominan pada endotel yang sehat. Endotel juga memiliki efek anti-inflamasi dan mencegah perlekatan sel darah putih. Namun endotel juga dapat mendukung inflamasi jika terjadi infeksi atau kerusakan. Dapat disimpulkan bahwa dalam keadaan sehat, endotel memiliki fungsi sebagai barrier, antitrombotik, vasodilatasi, dan anti-inflamasi.

Proses terjadinya atherosclerosis atau atherogenesis melibatkan banyak faktor dan terjadi selama bertahun-tahun. Endotel, sel otot polos, sel mononuklear, dan sel limfosit T memegang peran penting dalam pembentukan dan progresi dari plak atheroma. Secara garis besar atherogenesis terdiri dari 3 fase utama mulai dari fatty streak, progresi plak, dan disrupsi plak. Fatty streak diawali dengan disfungsi endotel yang disebabkan oleh stressor fisik dan kimia seperti kebiasaan merokok, kolesterol tinggi, dan diabetes melitus. Disfungsi endotel merusak fungsi normal endotel dan memungkinkan LDL masuk ke ruang subendotel dan mengalami modifikasi secara oksidasi maupun glikasi. LDL yang sudah dimodifikasi berperan dalam proses inflamasi seperti perlekatan sel darah putih dan pelepasan sitokin pro-inflamasi. Selanjutnya sel darah putih akan menyerap LDL termodifikasi dan membentuk Foam cell. Progresi plak dilanjutkan dengan masuknya sel otot polos dari tunica media ke ruang subendotel, berproliferasi, dan menghasilkan matriks ekstraseluler di ruang subendotel. Fase terakhir dari atherogenesis adalah disrupsi plak yang dapat terjadi akibat gangguan pada stabilitas plak. Stabilitas plak bergantung pada keseimbangan antara produksi matriks ekstraseluler yang membentuk fibrous cap dari plak dan degradasinya oleh enzim proteolitik yang disebut matrix metalloproteinase. Pecahnya plak bisa menyebabkan terjadinya trombosis atau penggumpalan darah pada plak dan menyebabkan serangan jantung jika terjadi pada pembuluh darah koroner atau stroke jika terjadi pada pembuluh darah otak.

Terdapat berbagai faktor risiko dari atherosclerosis. Faktor risiko tersebut ada yang tidak dapat dimodifikasi seperti genetik, jenis kelamin dan usia. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi dengan perubahan gaya hidup meliputi kebiasaan merokok, hipertensi, dislipidemia atau kolesterol tinggi, diabetes melitus, dan kurangnya aktivitas fisik. Menerapkan gaya hidup sehat dengan konsumsi makanan sehat, rutin olah raga, dan tidak merokok dapat mencegah atau memperlambat proses atherosclerosis dan menurunkan risiko penyakit jantung koroner.

 

Referensi

Leonard S. Lilly – Pathophysiology of Heart Disease 6th Ed (2015)