Apa itu Aspermia? Gejala, Penyebab dan Pengobatan

Aspermia adalah gangguan organ reproduksi pria yang terjadi ketika penderitanya tidak dapat mengeluarkan air mani saat ejakulasi. Aspermia dapat disebabkan oleh kelainan genetik, gangguan hormon, gaya hidup tidak sehat, atau komplikasi dari penyakit tertentu.

 

Meski tergolong langka, aspermia adalah kondisi yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan infertilitas pada pria. Untuk mewaspadainya, mari kenali penyebab, gejala, serta cara menangani aspermia melalui artikel di bawah ini.

 

Apa itu Aspermia?

 

Aspermia adalah kondisi medis yang terjadi ketika seorang pria tidak dapat mengeluarkan air mani saat ejakulasi. Aspermia dapat terjadi sebagai kelainan bawaan ataupun kondisi yang berkembang di kemudian hari.

 

Berdasarkan penyebabnya, aspermia dapat dibedakan ke dalam 4 kelompok, yaitu:

  • Aspermia obstruktif, yaitu aspermia yang disebabkan oleh penyumbatan saluran ejakulasi akibat gangguan pada uretra posterior dan kelenjar prostat.
  • Aspermia iatrogenik, yaitu aspermia yang dipicu oleh disfungsi sfingter internal atau masalah struktur leher kandung kemih sehingga menyebabkan air mani tidak dapat keluar.
  • Aspermia psikogenik, yaitu aspermia yang disebabkan oleh kondisi psikologis, seperti stres atau depresi.
  • Aspermia idiopatik, yaitu aspermia yang tidak diketahui penyebabnya.

 

Apa Perbedaan Aspermia dan Azoospermia?

 

Banyak orang awam menganggap bahwa azoospermia dan aspermia adalah kondisi medis yang sama. Meski keduanya termasuk gangguan organ reproduksi pria dan menyebabkan infertilitas pada pria, azoospermia dan aspermia merupakan dua kondisi yang berbeda.

 

Azoospermia atau sperma kosong adalah kondisi medis yang ditandai dengan tidak adanya sperma atau sel reproduksi pria dalam air mani saat ejakulasi. Sementara itu, aspermia adalah gangguan organ reproduksi pria yang terjadi ketika penderitanya tidak dapat mengeluarkan air mani saat ejakulasi.

 

Penyebab Aspermia

 

Adapun sejumlah kondisi yang dapat menyebabkan seseorang mengalami aspermia adalah sebagai berikut:

  • Kelainan genetik yang memengaruhi kesuburan pria seperti sindrom Klinefelter, sindrom Kallman, penghapusan kromosom Y, kistik fibrosis, dan sindrom Sertoli.
  • Adanya infeksi atau peradangan pada saluran reproduksi pria.
  • Gangguan saluran ejakulasi. Adapun sejumlah kondisi yang menyebabkan gangguan saluran ejakulasi dan memicu aspermia adalah cedera tulang belakang, tumor atau kista pada organ reproduksi pria, dan efek samping pembedahan pada testis atau prostat.
  • Ejakulasi retrograde, yang merupakan kondisi dimana kandung kemih gagal mendorong air mani keluar, sehingga air mani yang seharusnya bergerak ke depan, malah bergerak ke belakang dan masuk ke bagian kandung kemih.
  • Efek samping konsumsi obat-obatan dalam jangka panjang, seperti obat antidepresan, obat antikoagulan, dan obat antihipertensi.
  • Gangguan hormon testosteron.
  • Gaya hidup tidak sehat, seperti mengonsumsi alkohol berlebihan dan kebiasaan merokok.

 

Gejala Aspermia

 

Gejala utama dari aspermia adalah tidak keluarnya air mani dari organ reproduksi pria meskipun telah ejakulasi. Selain itu, sejumlah gejala umum dari aspermia adalah sebagai berikut:

  • Kehilangan gairah seksual.
  • Nyeri dan bengkak pada testis.
  • Nyeri saat buang air kecil setelah melakukan hubungan seksual.
  • Infertilitas atau mandul.
  • Urine keruh atau kadang mengandung darah.

 

Diagnosis Aspermia

 

Penegakan diagnosis aspermia diawali dengan anamnesis atau wawancara medis untuk mengetahui keluhan serta riwayat penyakit yang pernah diderita pasien. Lalu, diagnosis aspermia akan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik guna mendeteksi gangguan pada sistem reproduksi pria. Untuk memastikan aspermia, dokter juga dapat melakukan sejumlah pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Tes urine pasca ejakulasi.
  • Tes darah.
  • Wright-giemsa stain, yaitu prosedur medis untuk memeriksa morfologi sperma pria.
  • Radioimmunoassay (RIA), yaitu prosedur medis untuk memeriksa hormon reproduksi pria.
  • USG transrektal atau MRI untuk memeriksa kondisi kelenjar prostat dan vesikula seminalis.

 

Penanganan Aspermia

 

Pengobatan aspermia cenderung bervariasi menyesuaikan dengan kondisi medis dan penyebab yang mendasarinya. Namun, sejumlah tindakan medis yang umum dilakukan untuk menangani aspermia adalah sebagai berikut:

 

1. Konsumsi Obat-Obatan

 

Untuk menangani aspermia yang disebabkan oleh penyempitan leher kandung kemih, dokter  dapat meresepkan obat-obatan oral, seperti:

  • Imipramine.
  • Pseudoephedrine.
  • Efedrin.
  • Proventil.
  • Phenylephrine.
  • Brompheniramine.

 

2. Assisted Reproductive Technology (ART)

 

Assisted reproductive technology atau teknik reproduksi berbantu adalah prosedur medis untuk membantu pasien dengan gangguan kesuburan, seperti aspermia, namun ingin memiliki anak. Adapun teknik reproduksi berbantu yang umum dilakukan adalah program bayi tabung atau in vitro fertilization, inseminasi, serta injeksi sperma intrasitoplasmik.

 

3. Tindakan Operasi

 

Jika telah melalui tindakan medis di atas namun kondisi pasien tidak kunjung membaik, dokter dapat menyarankan tindakan operasi untuk menangani aspermia. Prosedur operasi yang dapat dilakukan untuk menangani aspermia adalah:

  • Rekanalisasi saluran ejakulasi.
  • Reseksi transurethral saluran ejakulasi.

 

Cara Mencegah Aspermia

 

Aspermia yang disebabkan oleh kelainan genetik cenderung sulit dicegah. Di sisi lain, sebagai upaya untuk menurunkan risiko terjadinya aspermia yang dipicu penyumbatan saluran ejakulasi dan gaya hidup tidak sehat, Anda dapat menerapkan beberapa cara berikut ini:

  • Mengobati kondisi medis yang dapat memicu terjadinya aspermia, seperti gangguan saluran kemih, penyakit kelenjar prostat, atau gangguan hormon.
  • Menghentikan kebiasaan merokok.
  • Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.
  • Membatasi konsumsi minuman beralkohol.
  • Olahraga secara rutin.