Apa itu Anak Hiperaktif? Penyebab, Gejala, & Cara Mengobatinya

Anak hiperaktif adalah anak yang melakukan aktivitasnya dengan sangat aktif dan cenderung sulit untuk dikendalikan. Kondisi ini biasanya ditandai dengan sulit memusatkan fokus dan konsentrasi, tidak bisa duduk tenang, dan berbicara terlalu cepat.

 

Mari kenali penyebab, gejala, hingga cara mengatasi anak hiperaktif selengkapnya melalui artikel di bawah ini.

 

Penyebab Anak Hiperaktif

 

Anak hiperaktif adalah kondisi ketika anak sangat aktif tanpa melihat waktu, situasi, serta kondisi lingkungan di sekitar. Bahkan, kondisi ini dapat membuat anak sulit untuk memusatkan fokus dan konsentrasinya sehingga bisa memengaruhi lingkungan sosial maupun prestasi di sekolah.

 

Hiperaktif pada anak bisa disebabkan oleh kondisi fisik maupun psikis. Umumnya, sejumlah kondisi yang bisa menyebabkan anak hiperaktif adalah sebagai berikut:

  • Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD).

  • Gangguan otak dan sistem saraf.

  • Gangguan psikologis.

  • Autisme.

  • Gangguan mood seperti depresi dan kecemasan.

  • Gangguan tiroid (hipertiroidisme), gangguan otak, atau saraf pusat.

  • Mengalami bullying.

  • Konsumsi obat yang dapat mengganggu fungsi otak.

 

Gejala Anak Hiperaktif

 

Perlu dipahami, anak yang bergerak aktif dan lincah tidak selalu menjadi tanda anak hiperaktif. Lebih tepatnya, sejumlah tanda-tanda yang biasanya dimiliki anak hiperaktif adalah sebagai berikut:

  • Selalu bergerak meskipun sedang duduk, seperti mengayunkan kaki atau menggerakan kepala.

  • Berbicara tanpa henti dan dengan suara tinggi.

  • Berlari dan berteriak meskipun sedang bermain di dalam ruangan.

  • Berjalan-jalan di dalam kelas saat guru sedang berbicara.

  • Bermain terlalu kasar hingga melukai orang lain maupun diri sendiri.

  • Kesulitan untuk duduk diam dan fokus saat mengonsumsi makanan.

  • Sering mengganggu orang lain.

  • Bergerak terlalu cepat hingga menabrak orang lain atau barang-barang di sekitarnya.

  • Anak tidak mau mengalah, tidak sabar, dan tidak mau berbagi.

  • Beraktivitas terus menerus dan hanya sedikit beristirahat atau tidur.

 

Perbedaan Anak Aktif dan Hiperaktif

 

Tak jarang dari orang tua yang sulit membedakan apakah anaknya berperilaku aktif atau hiperaktif. Agar tidak keliru, berikut adalah sejumlah perbedaan anak aktif dan hiperaktif yang perlu dipahami.

 

1. Dari Cara Berbicara

 

Salah satu perbedaan anak aktif dan anak hiperaktif adalah dari cara berbicaranya. Secara umum, anak yang aktif lebih mudah untuk diajak berbicara dan memahami kosakata baru yang diajarkan padanya. Sebaliknya, anak hiperaktif cenderung berbicara dengan tempo yang cepat dan kerap menyela atau menginterupsi orang lain.

 

2. Dari Suasana Hatinya

 

Perbedaan anak aktif dan hiperaktif selanjutnya bisa dilihat dari perasaan dan suasana hati si kecil. Anak aktif biasanya lebih bisa mengontrol emosi dan tidak mudah menangis, kecuali saat ia dalam keadaan sedih, kesal, dan marah. Di sisi lain, anak hiperaktif cenderung sangat sensitif dengan rangsangan dari lingkungan sekitar. Kondisi ini membuat anak hiperaktif lebih mudah tersinggung dan merengek.

 

3. Dari Fokus dan Perhatiannya

 

Berbeda dengan anak aktif yang bisa memusatkan fokus dan perhatian pada satu hal, perhatian anak hiperaktif lebih mudah teralihkan setiap mereka melihat hal-hal yang membuatnya tertarik dan penasaran.

 

4. Dari Hubungan Sosialnya

 

Perbedaan anak aktif dan hiperaktif juga bisa dilihat dari pergaulan atau hubungan sosialnya. Saat berinteraksi dengan teman-teman sebayanya, anak aktif cenderung disukai karena sifatnya yang mau mengalah, mau berbagi, dan lebih sabar, terlebih saat menggunakan alat-alat permainan bersama.

 

Sementara itu, anak hiperaktif sering kali tidak mau mengalah dan enggan untuk berbagi mainan bersama teman-temannya. Hal tersebut sering kali membuat anak hiperaktif cenderung tidak disukai atau bahkan dijauhi oleh teman-temannya.

 

5. Dari Rasa Lelahnya

 

Jika merasa lelah, anak aktif akan beristirahat atau tidur untuk mengembalikan energinya. Hal tersebut berbeda dengan anak hiperaktif, sebab mereka akan tetap bermain dan bergerak seperti tidak mengenal rasa lelah. Bahkan, anak hiperaktif hanya akan menghabiskan sedikit waktunya untuk beristirahat.

 

Cara Mengatasi Kondisi Anak Hiperaktif

 

Anak hiperaktif adalah kondisi yang dapat ditangani melalui beberapa cara, yaitu melalui tindakan medis dan penerapan pola asuh orang tua yang tepat. Berikut masing-masing penjelasannya.

 

1. Tindakan Medis

 

Penanganan anak hiperaktif cenderung beragam sesuai dengan penyebab yang mendasarinya. Namun, metode pengobatan yang umum dilakukan dokter untuk menangani kondisi anak hiperaktif adalah:

  • Meresepkan obat-obatan, seperti dexmethylphenidate, amphetamine dan dextroamphetamine untuk mengendalikan gejala dan memberikan efek menenangkan.

  • Terapi bicara untuk mendiskusikan gejala yang dialami oleh anak bersama terapis.

  • Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioural therapy/CBT) untuk membantu mengubah pola pikir dan perilaku anak hiperaktif.

 

2. Penerapan Pola Asuh Orang Tua yang Tepat

 

Di samping pengobatan medis, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan penanganan anak hiperaktif adalah dengan menerapkan jenis pola asuh yang tepat. Misalnya, jika si kecil sedang mengerjakan tugas, orang tua dapat menciptakan suasana senyaman mungkin dan menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu konsentrasi anak, seperti televisi, ponsel, dan lain-lain.

 

Selain itu, orang tua juga perlu mengarahkan anak untuk menerapkan pola hidup sehat sebagai upaya menjaga keseimbangan fokus dan konsentrasi. Sejumlah pola hidup sehat yang bisa dilakukan untuk menangani anak hiperaktif adalah:

  • Mengajak anak untuk rutin berolahraga. Dengan berolahraga, anak dapat belajar disiplin, mengontrol diri, serta mengatur energi sebaik mungkin.

  • Memberikan makanan sehat dengan gizi seimbang.

  • Menghindari hal-hal yang dapat memicu gejala hiperaktif, seperti makanan atau minuman yang mengandung kafein dan paparan nikotin.

  • Melatih anak untuk mengontrol emosinya dengan baik.

  • Membuat peraturan yang jelas dan konsisten di lingkungan rumah.

  • Membuat jadwal harian yang terstruktur pada anak, mulai dari menentukan waktu untuk mandi, belajar, bermain, dan tidur.

  • Meningkatkan frekuensi aktivitas outdoor, seperti piknik, bersepeda, jalan santai, hiking, dan sebagainya.